BANJARMASIN – Kenaikan tiket pesawat dan adanya bagasi berbayar membuat jumlah pengguna moda transportasi udara berkurang. Ditengarai, dampaknya akan positif pada pengguna transportasi laut.
Benarkah demikian?
General Manager Dharma lautan Utama (DLU), Anton Wahyudi tidak serta-merta mengamini. “Masing-masing moda transportasi punya pasar masing-masing,” kata General Manager Dharma lautan Utama (DLU), Anton Wahyudi, Senin (28/1).
Penumpang pesawat terbang, terang pria yang biasa disapa Anton ini, adalah kalangan menengah ke atas sedangkan yang biasa menggunakan moda Kapal Laut adalah kalangan menengah ke bawah, seperti buruh maupun pekerja kasar.
Karena itu meski tiket pesawat mengalami kenaikan, belum ada terjadi lonjakan penumpang kapal. Sebab selama ini kenaikan harga tiket pesawat terjadi fluktuatif. Sama dengan tiket kapal laut. Harga tiket kapal laut sekarang Rp280 ribu.
Selama ini setiap kali berlayar jumlah penumpang kapal laut feri di Kalsel kisaran 100 orang. Setiap bulan kapal milik DLU yang berlayar maksimal 25 kali.
“Total penumpang yang diangkut sekitar 2.500 orang setiap bulannya,” ujarnya.
Anton mengatakan, sistem pembelian tiket kapal sekarang sudah seperti tiket pesawat. Bahkan untuk barang bawaan juga akan dibatasi tidak boleh melebihi kapasitas.
Karena kelebihan kapasitas sangat berisiko terhadap keamanan dan keselamatan penumpang karena dapat mengganggu stabilitas kapal.
“Nanti akan dibatasi juga, maksimal bagasi 20 kilo,” katanya.
Program pusat menggunakan sistem online ini, menurut Anton baru diberlakukan di Surabaya dan Surabaya. Tapi kedepan akan diberlakukan di seluruh wilayah. “Banjarmasin juga akan menyusul sistem online ini,” katanya. (gmp/ay/ran)