BANJARBARU - Memasuki hari terakhir masa pendaftaran, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMA/SMK secara online, kemarin (3/7) masih menemui kendala. Kali ini, yang dipermasalahkan oleh pihak sekolah adalah sistem aplikasi yang digunakan.
Di SMAN 1 Banjarbaru misalnya, panitia PPDB kebingungan saat melihat angka bobot para pendaftar di jalur prestasi non akademik. Sebab, nilai yang tertulis di aplikasi tiba-tiba ada yang melebihi angka tertinggi yang diatur dalam petunjuk teknis (juknis) PPDB.
"Bobot pendaftar ada yang sampai 37. Padahal, di juknis tidak sampai segitu. Bahkan, bobot tertinggi internasional saja cuma 30," kata Kepala SMAN 1 Banjarbaru, Finna Rahmiati.
Finna menyampaikan, awalnya dirinya menduga operator di sekolah yang salah memasukkan bobot. Tapi, setelah dicek ternyata kesalahan ada di sistem aplikasi. "Karena semua bobot pendaftar salah. Kalau cuma satu atau dua yang salah, mungkin operator yang salah," ucapnya.
Dijelaskannya, bobot sendiri dihitung berdasarkan sertifikat prestasi pendaftar yang diupload bersamaan dengan berkas pendaftaran secara online. "Misal sertifikat lomba paskibra atau yang lainnya. Masing-masing sertifikat ada nilainya," jelasnya
Setelah mengetahui bobot para pendaftar banyak yang salah, Finna mengaku langsung berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalsel. Hasilnya, semua pendaftar di jalur prestasi non akademik di SMAN 1 Banjarbaru dibatalkan. Kemudian, calon siswa diminta mendaftar lagi.
"Jadi, yang repot sekolah. Karena harus menghubungi satu persatu pendaftar di jalur prestasi non akademik, supaya mendaftar ulang.Padahal hari ini terakhir, tapi saya rasa bisa selesai hari ini. Tapi harus kerja sampai malam," katanya.
Jumlah pendaftar jalur prestasi non akademik di SMAN 1 Banjarbaru kata Finna ada 35 orang. Sementara kuota yang tersedia 39. "Sedangkan untuk kuota jalur zonasi ada 128, afirmasi 38, mutasi 13 dan prestasi akademik 38," ujarnya.
Selain SMAN 1 Banjarbaru, kekacauan juga dialami SMAN 1 Martapura. Eko Sanyoto selaku kepala sekolahnya menyampaikan, di aplikasi PPDB sempat tidak muncul pilihan jalur prestasi non akademik dan pilihan sekolahnya. "Tapi hari ini (kemarin) sudah bisa. Karena malam tadi sudah diperbaiki," bebernya.
Sekretaris Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Kalsel ini menyampaikan, permasalahan memang terjadi di aplikasi PPDB. Sehingga, saat ada gangguan PT Telkom sebagai penyedia langsung melakukan perbaikan. "Alhamdulillah, setelah diperbaiki hari ini tidak ada kendala," pungkasnya.
Sementara itu, saat wartawan koran ini menanyakan kebenaran aplikasi PPDB di beberapa sekolah bermasalah, sampai berita ini selesai ditulis, General Manager (GM) Wilayah Telkom (Witel) Kalimantan Selatan Arief Yulianto belum memberikan penjelasan.
Aplikasi dari Disdikbud Kalsel yang dikelola PT Telkom sendiri memang digunakan untuk seluruh Kalsel. Untuk menggunakannya, sekolah bayar Rp4,6 juta ke perusahaan penyedia layanan. (ris/ran/ema)