• Senin, 22 Desember 2025

Setahun Tiga Kali Banjir, Banjarbaru Perlu Tambah Embung

Photo Author
- Rabu, 16 Desember 2020 | 11:02 WIB
LANGGANAN: Banjir yang cukup besar sempat menggenangi pemukiman warga di Cempaka Banjarbaru pada Minggu (5/1/2020) silam. Luapan air kembali terjadi pada Selasa (22/6/2020) pagi dan Sabtu (12/12/2020) malam. | Foto: Muhammaf Rifani/Radar Banjarmasin
LANGGANAN: Banjir yang cukup besar sempat menggenangi pemukiman warga di Cempaka Banjarbaru pada Minggu (5/1/2020) silam. Luapan air kembali terjadi pada Selasa (22/6/2020) pagi dan Sabtu (12/12/2020) malam. | Foto: Muhammaf Rifani/Radar Banjarmasin

BANJARBARU - Banjir yang merendam sejumlah kawasan di Cempaka jadi sorotan. Bagaimana tidak, fenomena ini seakan jadi bencana rutin yang terjadi di kawasan Cempaka. Dalam periode tahun ini saja, banjir sudah tiga kali menggenangi pemukiman warga di Cempaka, pertama pada Minggu (5/1/2020) silam, kemudian pada Selasa (22/6/2020) pagi dan Sabtu (12/12/2020) malam.

Selain intensitas hujan yang memang tinggi. Faktor lain penyebab terjadinya luapan banjir tak bisa serta merta dilepaskan. Dalam hal ini terkait penataan ruang di areal kawasan tersebut.

Menurut klaim pihak Pemko Banjarbaru, pihaknya sebenarnya sudah mencoba mengantisipasi luapan. Seperti melakukan normalisasi aliran sungai serta membangun embung sebagai peredam luapan air.

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Banjarbaru melalui Kabid Sumber Daya Air (SDA), Subrianto menilai jika banjir kemarin memang dipicu oleh intensitas hujan.

Namun disinggung soal kesiapan penataan ruang, ia merinci bahwa luberan air yang datang dari dataran tinggi di kawasan Gunung Kupang juga memperparah luapan. Mengingat katanya kawasan terdampak di Cempaka merupakan dataran rendah.

"Lalu juga ada karena pembangunan jembatan di kawasan Gunung Kupang yang rampung. Pihak Pemprov Kalsel membuka saluran air di sana, sehingga aliran air meluncur ke kawasan kertak baru dan ditambah air hujan yang memenuhi sungai di daerah sana," jelasnya.

Lanjutnya, bidangnya sebetulnya sudah melakukan upaya antisipasi. Dalam hal ini baru-baru tadi melakukan pengerukan di bagian dasar embung serta menormalisasi Sungai Kuranji sebagai aliran sungai utama.

"Jika kita lihat durasi luapan kemari, normalisasi embung dan sungai itu sudah mampu mengurangi potensi Banjir. Tetapi memang di bagian hulu antara kawasan Gunung Kupang dan kawasan Kertak Baru belum ada embung, makanya air tidak tertahan dan masuk ke pemukiman," jabarnya.

Melihat celah masalah di bagian hulu ini, bidangnya sebutnya bakal berupaya membangun embung lagi di kawasan hulu. Tetapi kendala sekarang sebutnya ada pada ketersediaan lahannya.

"Kita harus lakukan pembebasan lahan dahulu, karena perlu luasan 3 hektare untuk embung baru ini. Pembebasan sedang kita proses, kalau pembangunan embung akan kita coba usulkan di pembahasan APBD perubahan 2021 nanti," katanya.

Ia berharap apabila nanti ada dibangun embung baru di bagian hulu. Maka hal ini dapat meredam potensi luberan air ketika musim penghujan tiba. "Kita harapkan ini dapat mencegah luapan serupa," tuntasnya. (rvn/bin/ema)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB
X