Labilnya kondisi cuaca yang belakangan ini melanda wilayah Kalsel ternyata merupakan pertanda sedang terjadi masa peralihan musim. Hal itu diungkapkan oleh Prakirawan Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor, Rimelda Yuni Hasteti. “Saat ini, wilayah Kalimantan Selatan berada pada musim peralihan dari musim hujan menuju musim kemarau,” ucapnya.
Apalagi dipengaruhi tekanan rendah di wilayah Sumatera (barat Kalimantan) dan di Samudera Hindia (selatan Kalimantan). Itu menyebabkan wilayah Kalsel memiliki sedikit tutupan awan, cuaca cenderung cerah, hingga cerah berawan.
Baca Juga: Peminta Zakat Bikin Resah Warga Sungai Miai Banjarmasin
Kondisi udara cukup labil tersebut dapat mendukung terjadinya hujan, dan dapat disertai petir serta angin kencang dengan durasi cenderung singkat. “Hal itulah yang membuat cuaca di Kalsel kadang terasa sangat terik, tiba-tiba berubah jadi hujan dengan diiringi petir dan angin kencang,” jelasnya.
Hal itu sejalan dengan prospek cuaca sepekan yang dirilis Statmet Syamsudin Noor pada 20 Maret lalu. Dalam rilis tersebut menjelaskan bahwa hingga 26 Maret mendatang, cuaca di Kalsel masih berada dalam kondisi berawan, dan berpotensi hujan ringan hingga sedang disertai dengan kilat atau petir.
Berdasarkan analisis cuaca yang dimiliki BMKG, sejak akhir Februari hingga awal Maret 2024, Kalsel mengalami curah hujan yang cukup basah. “Hal ini karena sedang aktifnya MJO (Madden-Julian Oscillation) di wilayah Indonesia. Namun, seiring dengan bergeraknya MJO ke arah timur dan menjauhi Indonesia, biasanya diikuti dengan kondisi kering di atmosfer. “Itu yang sedang dirasakan saat ini,” jelasnya.
Meski demikian, ia menekankan bahwa hal ini menunjukkan bahwa Benua masih dalam kondisi musim hujan. “Panas dan terik tersebut bersifat hanya sementara,” tekannya.
Bencana hidrometeorologi seperti banjir, puting beliung dan tanah longsor (Batingsor) masih jadi ancaman bagi wilayah Kalsel. “Meski sedang terik-teriknya, cuaca di tempat kita masih terjadi hujan, baik siang menjelang sore hari atau malam hari,” ungkapnya.
Hal itu juga diakui Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada BPBD Kalsel, Bambang Dedi Mulyadi. “Sebagian wilayah Kalsel memang ada terdampak banjir, tapi tidak merata,” ungkapnya saat dikonfirmasi, Selasa (26/03) malam.
Ia membeberkan, bahwa kondisi ini dikarenakan cuaca di Kalsel masih dipengaruhi El Nino. Status siaga darurat bencana banjir, angin puting beliung dan tanah longsor (batingsor) yang ditetapkan Pemprov Kalsel sejak 27 November 2023, masih belum dicabut. “Karena dari arahan gubernur, status (siaga darurat Batingsor) ini berlaku sampai 31 Maret,” ucapnya.
Bambang menegaskan seluruh anggotanya dipastikan siap diturunkan jika suatu saat terjadi bencana Batingsor di Banua. “Termasuk sarpras yang kita miliki saat ini juga sudah dikuatkan dengan berbagai macam alat kesiapsiagaan,” ujarnya.
Selain mengantisipasi dampak bencana di musim hujan, BPBD Kalsel juga tengah melakukan strategi dalam mengantisipasi dampak karhutla. Diprediksi bakal mulai terjadi pada April 2024. (*)