ilustrasi anak sekolah
Di Hulu Sungai Tengah (HST) ternyata masih banyak kasus anak tidak sekolah (ATS). Sampai 2024 terdata 4.618 kasus. Ini masalah serius yang menuntut atensi.
Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) HST pun menggelar forum khusus untuk membahas masalah tersebut Rabu (7/8/2024). Perwakilan lembaga lintas sektor dukuk bersama untuk membahas isu ini. Termasuk Dinas Pendidikan HST.
Kepala Dinas Pendidikan HST, Muhammad Anhar mengakui bahwa ini masalah serius. "Dampaknya pada masa depan anak dan pembangunan bangsa," katanya, Kamis (8/8/2024). Disdik merumuskan beberapa strategi untuk menangani kasus ATS. Ada dua cara yang akan ambil.
Pertama, strategi pencegahan untuk mencegah anak-anak putus sekolah atau tidak bersekolah. Kedua, strategi intervensi untuk mengembalikan anak-anak ATS ke jalur pendidikan.
"Untuk pencegahan upayanya seperti peningkatan akses dan kualitas pendidikan, program sosial, dan memantau anak yang rentan putus sekolah," bebernya.
Sementara untuk intervensi, dilakukan dengan identifikasi dan pendataan ATS, penelusuran dan pendekatan persuasif, program pendidikan alternatif, serta pemberian beasiswa dan bantuan lainnya. “Penanganan ATS ini memerlukan kolaborasi berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, keluarga, masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat,” pungkas Anhar.
Adapun, beberapa contoh program penanganan ATS meliputi Program Indonesia Pintar (PIP), Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH), dan Gerakan Kembali Bersekolah (GKB). (*)