Belasan ton ikan milik pembudi daya keramba apung di Sungai Riam Kanan, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, telah mati massal Senin (28/10). Penurunan kadar oksigen semakin kuat diduga menjadi penyebabnya. Kabid Perikanan Budi Daya dari Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Banjar, Bandi Chairullah membeberkan hasil sampel air di lokasi kejadian.
“Berdasarkan hasil pengambilan sampel di beberapa titik, oksigen terlarut di perairan budi daya tersebut hanya di angka 0,7 dan 1,9 mg/L,” rincinya. “Kalau untuk PH atau tingkat keasaman air di sana masih normal,” banding Bandi.
Baca Juga: Terulang Lagi..! Pendulangan Intan di Banjarbaru Longsor, 1 Orang Masih Tertimbun
Kondisi ini, kata Bandi, terjadi karena penurunan debit air. Hal tersebut sejalan dengan hasil peninjauan lapangan oleh personel Polsek Aranio yang menunjukkan fakta bahwa memang terjadi penurunan kedalaman air dari bendungan Riam Kanan. Saat itu sekitar pukul 06.00 Wita, kondisi air sungai surut dengan kedalaman 1 meter. Normalnya debit air di aliran sungai tersebut 2 meter. Sedangkan tingkat kepadatan keramba yang terpasang di sana, banding Bandi, juga membuat kadar oksigen dalam air menurun.
“Secara analisis kami, kondisi kepadatan keramba sudah over kapasitas,” ungkap Bandi. Sungai yang mempunyai lebar 80 meter dengan kedalaman 3 hingga 5 meter itu terpasang ribuan keramba apung.
“Bahkan tingkat tebar keramba di sana ada yang mencapai 20 ribu ekor untuk satu keramba ukuran 8×8 meter,” ungkapnya. Padahal idealnya untuk tebar benih hanya di 5.000 hingga 10.000 ekor untuk satu keramba. “Lebar sungai sudah nyaris tertutup dengan keramba. Tentunya oksigen terlarut di air akan terbagi karena arus tidak lancar,” tambahnya.
Bandi menyebut kematian ikan di keramba jaring apung dengan jumlah besar seperti ini hampir setiap tahun dialami pembudi daya yang berada di aliran Sungai Riam Kanan. Menurutnya, penting diketahui tata cara berbudi daya ikan yang baik dan benar. Pembudi daya harus memperhatikan tata kelola lingkungan perairan agar kawasan budi daya dapat berlangsung baik dan lestari.
“Bangun kesadaran bersama jumlah keramba dan tebar benih. Jangan yang over kapasitas, sehingga daya dukung kesuburan perairan dapat terjaga dengan baik,” ingatnya.
Guna menjaga kualitas air di sana, Bandi sudah mengarahkan pembudi daya agar tidak membuang sembarangan ikan yang mati, terutama ke aliran sungai. “Bangkai ikan yang banyak seperti ini kalau dibiarkan akan memperparah penurunan kualitas air,” tukasnya.
Untuk meminimalkan kembali terjadinya kematian ikan, DKPP Banjar mengimbau agar pembudi daya menggunakan alat penambah oksigen dalam air di kerambanya.
“Ini merupakan langkah untuk mengantisipasi kejadian serupa kembali terjadi. Sebab dengan aerator (alat penambah kadar oksigen air, red) kematian ikan bisa diminimalkan,” pungkasnya.
Seperti diketahui, ikan mati massal ini jenis nila dan bawal. Kondisinya sudah siap panen. Akibatnya, para pembudi daya rugi puluhan hingga ratusan juta rupiah.