BANJARBARU – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan gempa berkekuatan Magnitudo (M) 4,8 yang mengguncang Tarakan, Kalimantan Utara, pada Rabu (5/11/2025) pukul 17.37 WIB, tidak akan menjalar atau memicu gempa di wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel).
Ancaman seismik terbesar bagi Kalsel justru berasal dari dalam: yakni Sesar Meratus, patahan aktif yang berpotensi memicu gempa hingga magnitudo 7,0.
Kepala Stasiun Geofisika Balikpapan, Rasmid, menjelaskan bahwa gempa dangkal di Tarakan (berpusat di laut, 24 km tenggara Tarakan, kedalaman 10 km) bersumber dari aktivitas Sesar Tarakan.
“Patahan Sesar Tarakan hanya sepanjang sekitar 100 kilometer dan berbeda sumber dengan Sesar Meratus. Karena itu, tidak ada potensi menjalar ke Kalimantan Selatan,” ujar Rasmid, Kamis (6/11/2025) siang.
Sesar Meratus Paling Aktif di Kalimantan
Meskipun Kalimantan secara umum memiliki aktivitas gempa yang lebih rendah dibandingkan pulau lain di Indonesia, Rasmid menegaskan bahwa anggapan Kalimantan bebas gempa adalah keliru.
“Fokus utama justru mengarah ke Sesar Meratus, patahan aktif sepanjang 100–110 km yang membelah Kalsel dari selatan ke utara,” tegasnya.
Sesar Meratus, yang merupakan sesar naik, terletak di sepanjang Pegunungan Meratus dan termasuk salah satu dari tiga sesar aktif utama di pulau itu, selain Sesar Tarakan dan Sesar Mangkalihat.
BMKG mencatat banyak gempa mikro di sepanjang Pegunungan Meratus dalam beberapa bulan terakhir. Meskipun sebagian besar tidak dirasakan warga, Rasmid memperingatkan potensi kerusakan nyata.
“Jika seluruh segmen Sesar Meratus bergerak bersamaan, potensi gempanya bisa mencapai M7,0,” ungkap Rasmid.
Topografi Kalsel Perkuat Getaran
Ancaman ini diperparah oleh topografi Kalsel. Mayoritas wilayah pesisir Kalsel adalah lahan gambut dan rawa, yang secara alami memperkuat getaran gempa.
“Gelombang seismik di tanah lunak seperti gambut bisa bertahan lebih lama dan amplitudonya lebih besar, sehingga bangunan di atasnya lebih rentan. Berbeda dengan wilayah pegunungan berbatu keras, yang getarannya cepat meredam,” jelasnya.
Rasmid juga menepis asumsi bahwa gempa Kalsel berasal dari aktivitas tambang. “Alat seismik kami bisa membedakan. Gempa yang terekam di Meratus murni tektonik, bukan *blasting* pertambangan,” katanya.