Lantaran selalu merugi, Pemprov Kalsel terpaksa menyetop operasional dua hotel mereka. Yakni, Hotel Batung Batulis di Banjarmasin dan Banjarbaru. Hotel ini adalah anak usaha Pemprov Kalsel yang berada di bawah PT Bangun Banua.
Supaya bisa bersaing dengan hotel swasta, Gubernur Kalsel Muhidin ingin dua hotel tersebut dikelola secara profesional. Bahkan, ia membuka opsi pengelolaan nantinya oleh pihak ketiga atau investor.
“Laporannya terus merugi. Kita tutup sementara untuk pembenahan, sambil menawarkan kepada pihak swasta,” ujarnya (14/4/2025). Dari laporan yang diterima gubernur, dua hotel itu tak sebanding pemasukan dengan biaya operasional.
Baca Juga: Weh… Tujuh Emak-Emak Terlibat Penggelapan Mobil dan Motor, Modusnya Ini
Pemasukan rata-rata Rp500 ribu tiap bulan. Sedangkan biaya operasional lebih Rp1,2 miliar. Dengan dikelola oleh pihak swasta, Muhidin berharap dua hotel tersebut dapat memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Ini yang diharapkan. Bukan malah terus-menerus merugi,” tekannya.
Direktur Utama PT Bangun Banua, Afrizaldi mengakui dua hotel tersebut selalu merugi. Pemasukannya tak sebanding dengan biaya operasional. “Setelah kami evaluasi, unit usaha dua hotel ini tak menguntungkan. Bahkan merugi,” ujarnya, (16/4/2025).
Pihaknya melihat, dengan kondisi saat ini, dua hotel tersebut sulit untuk dijual atau bersaing dengan hotel swasta. Selain kalah promosi dengan hotel swasta, juga properti yang ada di dua hotel tersebut sudah tak memenuhi standar kenyamanan tamu.
“Dari dua ini, kita kalah bersaing. Tak bisa dibiarkan terus menerus dan tak dibenahi, karena akan terus merugi yang membebankan biaya operasional,” katanya. Menurutnya, harus ada gebrakan untuk bisa bersaing dan berkembang. Pertama, manajemen dilakukan evaluasi, dan sistem ditata ulang.
“Untuk meminimalkan kerugian agar tak terus berlanjut, kami lakukan penyetopan sementara untuk pembenahan. Bukan ditutup,” terang Afrizal.
Dalam pembenahan dua unit usaha ini, Afrizal mengatakan bisa saja nantinya tak lagi dijadikan hotel. Namun, usaha lain, seperti digunakan untuk aula dan gedung serbaguna yang bisa dimanfaatkan untuk bermacam kegiatan. Untuk di bagian luar yang memiliki halaman luas, bisa dimanfaatkan sebagai kafe.
“Ada berbagai strategi dari kami untuk pemanfaatannya nanti. Yang utama saat ini, disetop dulu operasionalnya untuk menghindari tingginya biaya operasional dan menyelamatkan perusahaan,” ujarnya.
Afrizal memastikan jika nantinya tetap dengan unit usaha perhotelan, maka manajemennya akan berubah. Diduduki mereka yang profesional di bidangnya.
“Kami tawarkan kepada pihak swasta untuk renovasi dan manajemennya. Kalau terkendala keuangan, maka akan diubah fungsi menjadi kafe ruang terbuka dan gedung serbaguna besar,” cetusnya.