SETELAH diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo beberapa waktu lalu, aktivitas penerbangan di terminal baru Bandar Udara Tjilik Riwut belum mengalami peningkatan. Padahal, bandara yang dikelola Angkasa Pura II itu terlihat cukup menawan.
“Pergerakan penerbangan saat ini rata-rata hanya 12-13. Mengalami penurunan, karena sejumlah maskapai tidak mengoperasikan penerbangan. Terkadang Garuda melayani penerbangan ke Jakarta hanya sehari dalam seminggu,” ungkap Plt Manajer Operasional Bandara Tjilik Riwut Purba Kampen, Selasa (23/4).
Padahal, kata dia, sebelumnya pergerakan bisa mencapai rata-rata 34 kali dalam sehari. Meski demikian, pihaknya meyakini bahwa ke depannya bisa saja bertambah. Sebab, maskapai Batik Air belum membuka rute penerbangan di Kalteng ini.
Sepinya penerbangan ke Kalteng, membuat pihaknya melakukan komunikasi dengan pemerintah daerah. Pihak bandara mengakui telah ada surat dari sekda yang meminta menambah rute penerbangan menuju Yogyakarta. Namun pihak bandara belum bisa memastikan, karena hal itu merupakan kewenangan dan menjadi evaluasi operator airline.
“Kami hanya bisa menajukan dan mengharapkan rute penerbangan menuju Yogyakarta dapat direalisasikan dan kuotanya bisa terpenuhi sesuai permintaan,” terangnya.
Turunnya jumlah penerbangan diperkirakan karena dampak dari harga penjualan tiket yang masih terbilang mahal. Melonjaknya harga tiket pesawat mengakibatkan menurunnya jumlah penumpang pengguna trasnportasi udara, baik yang masuk maupun yang keluar dari Bumi Tambun Bungai ini.
Rute penerbangan yang dilayani saat ini, antara lain Palangka Raya-Surabaya PP menggunakan maskapai Lion Air dan Citilink, Palangka Raya-Jakarta PP menggunakan maskapai Garuda dan Lion Air, Palangka Raya-Balikpapan yang dilayani Trans Nusa, Wings Air, dan Garuda, Palangka Raya-Sampit-Pangkalan Bun-Semarang dilayani Wings Air dan Trans Nusa, dan rute Palangka Raya-Pontianak yang dilayani maskapai Garuda.
Pihak pengelola bandara selalu mengevaluasi soal harga tiket serta usulan penambahan rute penerbangan. Namun, pihak maskapai pun masih kesulitan memberi kepastian, karena harga tiket yang masih tinggi yang berdampak pada penurunan kuota penumpang.
“Sangat memengaruhi. Ini yang terus kami dorong, agar dilayani penerbangan ke Kualanamu, Denpasar, dan sejumlah tujuan lain,” terangnya.
Harga tiket dan jumlah penumpang selalu menjadi bahan evaluasi bersama pihak maskapai, agar menjadi tolok ukur pengelolaan ke depan. Namun hingga saat ini belum ada keputusan karena terganjal mahalnya harga jual tiket.
“Ini merupakan kebijakan pusat secara online dari masing-masing operator. Pemerintah juga sedang berupaya untuk berkomunikasi terkait permasalahan itu (tiket, red),” tegasnya.
Sejauh ini, pihak bandara hanya melakukan komunikasi dengan pimpinan pusat. Hal itu sudah diupayakan oleh pengelolah PT Angkasa Pura II. Fenomena penurunan jumlah pengguna transportasi udara bukan hanya terjadi di Palangka Raya, tetapi hampir di seluruh Indonesia. (nue/ce/abe)