• Senin, 22 Desember 2025

Ada Bayi di Pedalaman Kotim Tak Selamat, Wabup Irawati Perintahkan Nakes Tak Tinggalkan Tugas saat Bencana 

Photo Author
Indra Zakaria
- Selasa, 27 Februari 2024 | 15:30 WIB
Wabup Kotim, Irawati. Memberikan sambutan pada pembukaan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di halaman SMP Negeri 3 Sampit, belum lama ini. (FOTO : RUSLI/KP)
Wabup Kotim, Irawati. Memberikan sambutan pada pembukaan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di halaman SMP Negeri 3 Sampit, belum lama ini. (FOTO : RUSLI/KP)

Wakil Bupati Kotim Irawati tak bisa menyembunyikan kegeramannya saat mendengar kabar ada seorang ibu hamil asal Desa Sei Ubar Mandiri, Kecamatan Cempaga Hulu, yang melakukan proses persalinan tak mendapatkan penanganan tenaga kesehatan. Hal itu mengakibatkan sang bayi tak dapat diselamatkan. ”Saya menerima laporan dari warga, perawat dan bidannya memang ada, tetapi jarang di tempat. Padahal bidan sangat diperlukan warga saat proses persalinan. Saat itu saya menerima informasi, ada beberapa persalinan Januari lalu. Bidannya tidak di tempat dan mengakibatkan meninggalnya bayi,” kata Irawati.

Baca Juga: Sakit Hati Ditagih Utang, Paman Bunuh Keponakan hingga Bakar Rumah Korban

Irawati juga menerima informasi ada dua ibu yang ingin menjalani proses persalinan, namun bidan tak ada di tempat, sehingga ibu hamil harus dibawa menggunakan kapal untuk dibawa ke Puskesmas Cempaga Hulu yang ada di Desa Pundu. ”Kejadian itu saat Pemilu. Kedua kejadian ini terjadi di waktu yang berbeda ini dengan alasan sama nakes tidak di tempat, sehingga layanan kesehatan terhadap ibu hamil lambat ditangani. Padahal, Januari dan Februari Pemkab Kotim sudah menetapkan status siaga banjir dan saat ini ditingkatkan statusnya menjadi tanggap darurat banjir,” ujarnya.

Baca Juga: WADUH..!! Ada Dua Caleg Gagal di Pulang Pisau yang Mengalami Gejala Depresi

Tak ingin masalah itu berulang, Irawati menginstruksikan Dinkes Kotim untuk menegaskan pada seluruh tenaga kesehatan, khususnya desa dan kelurahan agar tidak meninggalkan tempatnya bertugas. Terutama selama saat bencana banjir masih melanda Kotim. ”Kalau ada perawat dan bidannya, maka pelayanan kesehatan akan lebih cepat ditangani dan meminimalisir terjadinya kematian bayi pada ibu melahirkan. Saya juga minta setiap obat-obatan segera dikirim jangan sampai di puskesmas kehabisan obat,” ujarnya.

Kepala Desa Sei Ubar Mandiri Andreka Setiadi membenarkan kejadian yang menimpa warganya akibat lambat mendapatkan penanganan kesehatan saat hendak melakukan proses persalinan. ”Benar itu warga kami. Itu bukan keguguran. Ibu itu ingin proses lahiran, tetapi bayinya tidak dapat diselamatkan. Hanya ibunya yang selamat, karena bidan di Desa Sungai Ubar Mandiri tidak bertanggung jawab dengan ibu hamil dan jarang masuk kerja turun ke Polindes Sei Ubar Mandiri,” kata Andreka, Senin (26/2/2024).

Menurutnya, bidan yang bertugas  seolah menghindar apabila ada ibu hamil dan akan melahirkan. Akibatnya, setiap ibu hamil yang ingin melahirkan selalu dirujuk ke Puskesmas Pundu. Setiap rujukan juga tidak pernah didampingi bidan. ”Inilah yang menjadi permasalahan bidan di Desa Sungai Ubar, tidak aktif bertugas dan tidak bertanggung jawab menjalankan tugasnya,” katanya. (hgn/ign)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Radar Sampit

Tags

Rekomendasi

Terkini

X