Tim Damkar Kotawaringin Barat hanya memiliki empat masker drager full face. Jumlah alat pelindung diri (APD) ini tidak sebanding dengan jumlah personel pemadam yang mencapai puluhan orang. Saat terjadi kebakaran di RT 06, Kelurahan Kumai Hulu, Kecamatan Kumai, yang menghanguskan 3 rumah dan 1 gudang, sejumlah personel damkar hanya menggunakan masker medis.
Wajar saja di beberapa kejadian penanganan kebakaran sebelumnya, ada personel yang pingsan karena menghirup asal tebal dan dilarikan ke rumah sakit. Termasuk Plt Sekretaris Dinas Pemadam Kebakaran Dwi Agus Suhartono yang sempat merasakan sesak nafas saat terhirup asap pekat. Salah satu personel damkar Rizki Dwi Fachrozi mengatakan, penggunaan masker medis saat penanganan kebakaran di Kecamatan Kumai beberapa hari lalu sebagai bagian upaya dari mereka untuk mengurangi menghirup asap kebakaran.
Baca Juga: Bukan Karena Kecubung, Warga Kapuas Itu Ternyata Overdosis Obat Keras
“Kalau di Jawa, personel pemadam sudah menggunakan self contained breathing apparatus (SCBA) sehingga petugas saat menjalankan tugas dapat terjamin keamanannya,” ujarnya.
Minimnya alat pelindung diri (APD) diakui oleh Plt Sekretaris Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Kotawaringin Barat Dwi Agus Suhartono. Saat ini alat pelindung diri yang di Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kobar masih minim. Bahkan masker drager yang merupakan peralatan wajib operator lapangan masih minim. Damkar Kobar baru memiliki empat unit masker drager. “Kita baru punya empat unit, dan jauh dari jumlah ideal, sehingga tidak berlebihan kiranya ketika ada kedaruratan melihat operator lapangan hanya mengenakan masker medis,” ungkapnya.
Menurutnya, tahun ini pemerintah daerah menganggarkan untuk pengadaan SCBA, namun tanpa kompresor. SCBA seharusnya terhubung dengan tabung seperti yang digunakan oleh para penyelam. Fungsi SCBA kurang maksimal tanpa dilengkapi dengan tabung oksigen. Dengan luasan Kobar yang mencapai luasan 10.759 kilometer persegi, Damkar Kobar hanya mempunyai personel sebanyak 21 orang, dengan total armada pemadam kebakaran sebanyak 9 unit yang terdiri 4 unit untuk penanganan kebakaran permukiman dan 5 unit untuk kebakaran lahan dan yang membedakan hanya spesifikasi pada kendaraan.
Mengingat perkembangan Pangkalan Bun yang pesat, Damkar Kobar sudah saatnya memiliki mobil rescue yang dilengkapi peralatan mulai dari peralatan penyelamatan di ketinggian, alat untuk mendobrak pintu besi seperti pintu harmonika, dan peralatan las. “Untuk antisipasi lima tahun ke depan dengan kondisi Pangkalan Bun sudah memiliki bangunan tinggi dan modern sudah saatnya kita memiliki mobil rescue dan mobil tangga, namun kita akui bahwa semua peralatan tersebut tidak murah dan butuh anggaran besar,” bebernya.
Dengan begitu untuk pengadaan mobil rescue dan mobil tangga membutuhkan perhatian khusus pemerintah daerah, namun bila mengandalkan kemampuan pemerintah daerah sangat terbatas untuk itu memang dibutuhkan sinergitas melalui pihak swasta dengan mengandalkan program CSR. “Swasta punya CSR yang besar, peralatan itu mahal, bisa dibilang out the box, sehingga membutuhkan kerjasama erat antara pemerintah daerah dan swasta,” pungkasnya. (tyo/yit)