kalimantan-tengah

Tinggal Sendirian, Sempat Berteriak saat Subuh, Ternyata Nenek Cahaya sudah Tewas

Sabtu, 31 Oktober 2020 | 12:24 WIB
JENAZAH: Jenazah korban dievakuasi petugas menggunakan mobil ambulance dari rumah korban di Gang Beringin, Sampit, Jumat (30/10).(HENY/RADAR SAMPIT )

Suhaimi yang memiliki kios mengaku sering dikunjungi korban untuk membeli kebutuhan sehari-hari, seperti beras dan pulsa.

"Istri saya (Narsiah) keponakan almarhumah. Beliau juga sering belanja kebutuhan sehari-hari ke sini," katanya.

Suhaimi mengatakan, korban sosok yang gemar berolahraga, yakni jalan pagi di sekitar rumah.

 

"Dulu sebelum virus korona menyerang Sampit, beliau aktif ikut senam lansia setiap satu minggu sekali. Tetapi, saat masa korona beliau lebih sering jalan kaki saja ke sekitar rumah," ujarnya.

Suhaimi mengatakan, aktivitas korban sehari-hari hanya di rumah, jalan kaki dan tidak bekerja.

"Sehari-hari di rumah saja tidak bekerja. Tetapi, yang saya ketahui beliau cukup berada. Setiap tiga bulan sekali mendapat hasil dari panen kelapa di Samuda. Uang itulah yang memenuhi kebutuhan beliau sehari-hari," ungkapnya.

Durahman (65) adik bungsu korban mengaku baru tahu kakak satu-satunya meninggal dunia setelah menerima telepon dari tetangga bahwa.  Dirinya sudah berkali-kali menawarkan agar kakaknya ikut bersama dirinya. Namun, almarhumah enggan tinggal serumah karena tidak ingin merepotkan.

"Suaminya sudah meninggal sekitar 10 tahun lalu dan sejak itu sudah saya ajak tinggal ke tempat saya tapi almarhumah menolak," ungkap Durahman saat ditemui Radar Sampit di Ruang Jenazah RSUD dr Murjani Sampit.

Durahman mengaku jarang menemui kakaknya karena setiap hari disibukkan bekerja menjadi seorang petani di Kecamatan Tanah Mas, Kabupaten Kotim.

"Almarhumah tinggal sebatang kara. Enggak punya anak. Dulunya anak saya yang ketujuh dari istri pertama saya diangkat anak oleh kakak saya. Sekarang Ati kerja di sawitan. Jadi, beliau hidup sendiri," ungkap pria yang memiliki sembilan anak ini.

Durahman mengatakan, kakaknya memiliki usaha kebun kelapa di wilayah Samuda yang di masa dulu dikelola bersama almarhum suaminya. Namun, selama kepergian suaminya, kebun kelapa dikelola oleh keponakan dari suaminya.

"Tiap minggu sering diantar uang dari hasil panen kebun kelapa. Per tiga bulan pendapatan hasil kebun kelapa sekitar Rp 20 juta hingga Rp 30 juta," ujarnya.

Selain itu, Durahman mengatakan bahwa kakaknya memiliki banyak perhiasan emas yang dikenakan.  Perhiasan kalung 50 gr, gelang di kanan 35 gr, belum di tangani kiri, cincin dan giwang. Totalnya kurang lebih yang dipakai di badan sekitar 100 gr.

”Belum lagi simpanan perhiasan koleksi emas yang lain masih banyak," ungkapnya.

Halaman:

Tags

Terkini