OLEH: DAHLAN ISKAN
“TUNDA lagi dulu. Ada perkembangan baru.” Itulah permintaan saya kepada Mas Joko Intarto. Yang mengelola disway.id. Sering terjadi seperti itu. Tulisan sudah saya buat. Sudah saya kirim pula. Tapi, tiba-tiba ada perkembangan baru. Saya harus menulis lagi. Yang telanjur selesai ditulis itu tidak jadi dimuat.
Begitulah nasib sebuah tulisan. Yang saya buat di Turki. Saya minta jangan dimuat dulu. Kalah dengan peristiwa jilbab pertama di DPR Amerika Serikat (AS). Lalu kalah lagi dengan Sultan Muhammad V Malaysia. Yang menikahi ratu kecantikan Rusia.
Hari ini tulisan itu ternyata kalah lagi. Dengan yang lebih penting: dimulainya perundingan dagang AS-Tiongkok. Perundingan itu terjadi di Beijing, Senin (7/1). Tim perundingan AS bertemu tim perunding tuan rumah.
Kejutan terjadi: Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He tiba-tiba nongol. Ia masuk ke ruangan. Disambut tepuk tangan tim perundingan dari AS. Bahkan ada yang bertepuk sambil berdiri. Padahal perundingan itu hanya untuk tingkat wakil menteri. Mestinya. Seperti yang sudah disepakati.
Kelak barulah meningkat ke tingkat menteri. Kelak lagi naik lagi ke tingkat pengambil keputusan. Munculnya pejabat setinggi Liu He benar-benar kejutan. Dari pihak Tiongkok yang hadir juga banyak sekali. Hampir 100 orang. Dua kali lipat dari juru runding Amerika.
Yang memimpin tim Amerika tidak sampai tingkat wakil menteri. Hanya dipimpin Wakil Kepala Perwakilan Dagang, Jeffrey Gerrish. Mengapa Liu He sampai masuk ruang perundingan? Bahkan disertai menteri perdagangannya pula?
Presiden AS Donald Trump sudah sepakat dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping: gencatan senjata dulu selama 90 hari. Sejak mereka berdua bertemu di Argentina. Tanggal 29 November lalu.
Berarti, Senin lalu itu saat perundingan pertama dimulai. Sudah sangat telat. Sudah kehilangan waktu 36 hari. Tentu tidak bisa dikatakan kehilangan. Perundingan pertama itu memerlukan persiapan matang. Poin-poinnya harus dibuat. Agar tidak terjerumus ke debat kusir.
Tanggal 1 Maret depan semua itu harus sudah beres. Kalau tidak, yah, perang dagang meledak tak terkendali. Kehadiran Liu He itu dianggap positif. Bisa diartikan Tiongkok ingin perundingan cepat selesai.
Apalagi Tiongkok sudah setuju segera membeli kedelai Amerika. Berapa pun jumlahnya. Tiongkok juga sudah setuju menurunkan tarif impor mobil Amerika. Bahkan Tesla sudah bikin kejutan. Diizinkan menguasai tanah lebih 100 hektare. Di pinggiran Shanghai. Buat pabrik mobil listriknya. Yang model 3. Yang harganya murah. Yang 100 persen milik Tesla.
Pabrik Tesla di Amerika hanya akan memproduksi mobil listrik yang mahal. Elon Musk, bos Tesla, sudah di Shanghai. Pada hari yang sama dengan dimulainya perundingan. Elon Musk punya acara sendiri: meresmikan dimulainya pabrik Tesla di Shanghai.
Maka silakan terkejut: pabrik itu sudah bisa memproduksi Tesla akhir tahun ini. Akhir 2019. Silakan terkejut lagi: Tesla akan memproduksi mobil listrik 500 ribu unit per tahun. Perundingan gadang kali ini dikelilingi begitu banyak kejutan.
Donald Trump juga bikin kejutan. Ia sangat optimistis. “Ekonomi mereka kini tidak baik,” ujar Trump. Berkali-kali. Merasa Amerika segera menang. Perundingan itu dibagi dalam grup-grup. Ada kelompok tarif dan non-tarif. Ada kelompok hak cipta. Lalu ada tim teknologi tinggi.
Di dalam negeri, Trump sendiri tidak bisa menang. Pemerintahnya tutup sudah lebih dua minggu. Tidak ada anggaran. Kongres tidak menyetujui permintaannya: dana sekitar Rp 70 triliun untuk membangun tembok perbatasannya dengan Meksiko.