• Senin, 22 Desember 2025

Kejutan di Perang Dagang

Photo Author
- Rabu, 9 Januari 2019 | 07:28 WIB

Trump memilih pemerintahnya tutup. Kalau anggaran itu tidak disetujui. DPR juga keras: pembangunan tembok itu tidak masuk akal. Trump sudah berusaha keras. Ia terus meyakinkan Kongres. Yang kini dikuasai Demokrat. Sampai-sampai Trump membatalkan liburan Natal dan tahun barunya. Tetap memilih kerja di Gedung Putih. Maksudnya: agar rakyat tahu presiden bekerja saat DPR-nya liburan.

Trump juga pusing menghadapi bank sentral. Yang terus menaikkan suku bunga. Sampai mencapai 2, 5 persen saat ini. Dan masih akan naik sekali lagi. Di Amerika bank sentral memang sangat independen.

Trump menganggap langkah bank sentral itu menghambat laju peningkatan ekonomi. Yang sekarang lagi baik-baiknya. Tapi bank sentral melihat ekonomi Amerika terlalu “panas”. Pertumbuhannya terlalu cepat. Yang kalau tidak direm bisa meledak. Menaikkan suku bunga adalah rem yang terbaik.

Tiongkok sendiri merasa tidak seperti yang digambarkan Trump. Pertumbuhan ekonomi memang melambat. Tapi jurus-jurus baru sudah disiapkan. Bank sudah diminta menyiapkan lebih Rp 1.500 triliun tahun 2019. Untuk pengusaha kecil dan menengah. Juga mengurangi pajak. Membuka pasar modal untuk start-up. Model Nasdaq di New York.

Tiongkok juga tetap meneruskan program ini: membuat bulan purnama tiruan. Agar tidak perlu listrik umum pada malam hari. Uji cobanya di Sichuan sudah berhasil. Dan minggu lalu bikin kejutan baru: mendarat di bulan.

Mendaratnya bukan kejutan. Tapi bulan yang didarati adalah kejutan: sisi lain dari bulan yang pernah didarati Amerika. Sisi yang gelap itu. Tim dagang terus berunding. Tapi kejutan lain juga terus terjadi.

Lihatlah kemarin (8/1) pagi. Kereta api lapis baja Korea Utara tiba di stasiun Beijing. Isinya: Kim Jong-un. Pemimpin Korea Utara. Yang hari itu mestinya lagi berulang tahun. Yang ke-37 tahun.

Begitu sering Kim bertemu Xi Jinping. Seperti mengabaikan Trump. Kim memang lagi marah. Senjata nuklirnya sudah dilucuti kok sanksi ekonominya belum dicabut. Kim seperti tidak sabar. Begitu ingin cepat memajukan ekonomi negaranya.

Ia tahu: Rusia sudah terang-terangan minta agar sanksi itu dicabut. Ia juga tahu: Tiongkok setuju dengan usulan Rusia itu. Tapi Amerika masih belum setuju. Perang ternyata tidak hanya di sektor dagang. (rom/k15)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X