Awalnya, lai kurang diminati karena cukup berbeda dari zibethinus. Namun, mulai dibudidayakan secara komersial di Kaltim, khususnya Kutai Kartanegara dan sekitarnya. Beberapa varietas yang telah dilepas, yaitu Lai Mahakam, Lai Batuah, dan Lai Kutai. Kemudian Raja Mabah dan Lai Mansau dari Kalbar, serta Bibir Merah dari Kalteng.
Kedua, Kerantungan (oxleyanus).Spesies ini banyak ditemukan di Kalimantan dan Sumatra yang memiliki mutu buah paling enak dimakan. Pohonnya besar dan daunnya berwarna hijau muda dengan tulang daun terlihat jelas. Sementara buah kecil, bulat, berwarna hijau kelabu, berduri panjang, dan kulit tipis.
Namun, isinya putih hingga kuning tua, tekstur lembut dan halus, rasanya manis legit. Kerantungan menjadi salah satu durian yang berpotensi dikomersialkan. Selain soal rasa, kerantungan berbobot 300-700 gram sesuai untuk konsumsi individu. Durian ini cocok ditanam di daerah lembap, tahan keadaan banjir, dan sesuai di lereng bukit.
Ketiga, Terutung. Banyak berada di Sumatra, terutama dataran tinggi seperti lereng bukit dengan ketinggian hingga 1.000 meter di atas permukaan laut. Spesies ini juga disebut dengan durian rimbo atau hutan. Pohonnya berukuran besar dengan tinggi 46 meter dan diameter batang 91 sentimeter. Secara morfologi mirip durian biasa. Namun, yang membedakan dengan spesies zibethinus terletak pada warna mahkota yang merah.
Keempat, Lahong. Tersebar di seluruh Kalimantan terutama kawasan hutan pedalaman. Pohonnya besar dan tinggi mencapai 46 meter serta diameter 1 meter. Ciri khasnya buah bulat, ukuran sedang, berduri panjang, dan berkulit tebal. Daging buah kuning, sangat lembek, halus, dan berlemak, teksturnya sedikit berair.
Terakhir, Mandong. Spesies ini banyak dijumpai di Kalsel. Durian ini dikenal dengan nama Mandong atau Apun di Kaltim. Sementara di Jawa dan Sumatra mengenalnya dengan Lai Emas karena memiliki ciri buah yang mirip lai. Mandong diduga merupakan persilangan alami antara zibethinus dan kutejensis. (timkp)