Untuk menghindari kesalahan baca pada alat GeNose, sebelum melakukan tes, biasanya petugas akan mewawancarai calon penumpang. Di sini calon penumpang diminta menjawab pertanyaan secara jujur. Tetapi jika dalam tes pertama hasilnya positif Covid-19, biasanya pihak posko menawarkan tes kedua. Namun, hal itu tidak dipaksakan.
“Kalau hasilnya positif (Covid-19) biasanya penumpang baru jujur. Misal baru saja makan atau merokok. Mereka biasanya meremehkan. Dan biasanya di tes kedua hasilnya negatif (Covid-19),” katanya.
Pencegahan sebelum melaksanakan tes juga dilakukan. Misal, calon penumpang diminta berkumur. Atau berganti baju hingga mencuci tangan hingga bersih untuk menghilangkan bau atau sisa hand sanitizer. Tetapi setelah tes kedua, ternyata hasil GeNose tetap positif Covid-19, maka calon penumpang akan diarahkan untuk melakukan tes swab atau rapid antigen.
“GeNose memang sensitif. Namun, bisa saya pastikan bisa membedakan ini virus corona atau flu biasa. Saya sendiri sudah coba (dalam kondisi flu), hasilnya negatif (Covid-19),” jelasnya.
Terkait ramainya rencana tak digunakannya lagi hasil tes GeNose sebagai syarat bepergian, Rendi menyatakan masih menunggu arahan dari pimpinan pusat. Namun, menurut dia, GeNose menjadi salah satu alternatif pemeriksaan sekaligus pencegahan penularan Covid-19 yang efektif dan murah terutama untuk masyarakat yang akan bepergian. “Kalaupun ada daerah lain yang tidak lagi menerapkan penggunaan GeNose, kami akan menginformasikan ke calon penumpang,” katanya.
Awak Kaltim Post kemudian ke Pelabuhan Semayang, Balikpapan. Di sini juga diterapkan penggunaan GeNose untuk calon penumpang sebelum masuk kapal. Namun, berbeda di Bandara SAMS, untuk posko GeNose tidak memiliki aplikasi untuk pendaftaran online. Calon penumpang hanya bisa mendaftar langsung di posko yang terletak di sisi kiri terminal pelabuhan. “Di sini rata-rata kami melayani 90 pasien per hari,” kata seorang petugas pelayanan GeNose.
Namun, karena pelayanan hanya buka hingga pukul 16.00 Wita, dari kebanyakan penumpang yang awak media temui, mereka sudah memiliki surat hasil tes rapid antigen. Karena jadwal keberangkatan kapal laut yang kadang sore bahkan dini hari.
MENUNGGU KEBIJAKAN
Relation Manager Angkasa Pura I Bandara SAMS Sepinggan Retnowati menjelaskan, di tengah sejumlah daerah seperti Bali yang tak lagi menggunakan hasil tes GeNose sebagai syarat masuk daerah, tidak mengganggu arus penumpang. Dan dengan adanya pro dan kontra penggunaan GeNose, pihaknya hingga kini masih menunggu kebijakan yang diambil Satgas Penanganan Covid-19.
“Termasuk petunjuk dari pusat dan Pemkot Balikpapan seperti apa ke depannya. Karena kami pada dasarnya mengikuti anjuran pemerintah,” ungkap Retnowati.
Dengan meningkatnya kasus Covid-19, dirinya menjelaskan, bandara sudah bersiap sejak awal. Seperti sebelumnya, pihaknya sudah menerapkan protokol kesehatan sesuai arahan Satgas Covid-19. Pun dengan adanya kajian ulang dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) soal penggunaan GeNose, Bandara SAMS Sepinggan tidak terlalu khawatir.
“Kan selain GeNose ada juga antigen yang dijadikan syarat. Jadi ini ‘kan sebenarnya pilihan. Meski banyak yang menggunakan GeNose karena harganya lebih murah,” ujarnya.
Sementara itu, General Manager (GM) PT Pelindo IV Cabang Balikpapan Iwan Sjarifuddin menyebut, penggunaan GeNose memang banyak membantu calon penumpang kapal laut. Pasalnya, dengan harga Rp 40 ribu, alat pendeteksi Covid-19 itu diminati khususnya masyarakat golongan menengah ke bawah. Sementara bila antigen harganya sekitar Rp 150–Rp 200 ribu.
“Sejak 15 Juni lalu, Pelabuhan Semayang sudah menerapkan penggunaan GeNose dan mendapat respons baik dari calon penumpang kapal,” kata Iwan.
Namun, dengan polemik yang saat ini terjadi terkait penggunaan GeNose, Pelindo IV Cabang Balikpapan akan menunggu kebijakan dari Kemenhub. Jika memang Kemenhub tidak akan merekomendasikan GeNose, pihaknya akan menghapusnya sebagai syarat.