Malam semakin pekat saat jalan semakin menukik, dengan lubang besar menganga bertambah ganas. Joko menarik napas berkali-kali.
“Ka, matikan sebentar. Makin rusak saja jalur. Biar fokus dulu,” ujar Joko sedikit kencang. Musik yang masih menghentak mengganggu konsentrasinya. Namun tak ada sahutan.
Ditolehnya sisi kiri, rupanya Hamka si kernet sudah menganga dengan mata terpejam. Suara dengkurannya tenggelam karena musik yang keras.
“Argh, si Hamka!” spontan tangan Joko menoyor kepala Hamka yang miring ke arahnya. Lelaki itu tak bergeming, hanya beralih posisi. Terpaksa Joko mematikan sendiri pemutar musik di depannya.
Belum sempat tangannya menekan tombol di depannya, entah dari mana tiba-tiba cahaya silau menyeruak memenuhi mata Joko.
Braaak!!!!
Allah....
Sebuah truk berukuran lebih besar menyeruduk tunggangan Joko dengan keras, yang sebelumnya pindah haluan akibat lubang raksasa di kanan jalan. Tumbukan keras tak terelakkan. Malam yang hening itu jadi saksi bisu kecelakaan.
Joko tak hilang kesadaran. Dia melihat semuanya. Setelah tumbukan keras mobil hilang arah dengan cepat kemudian sempat terhenti, terhalang sebuah pohon.
Diingatnya bagaimana Hamka yang terbangun akibat benturan, langsung lari seketika menyelamatkan diri. Padahal tangan Joko menggapai-gapai meminta bantuan. Kakinya terjepit pedal dan keping pintu yang penyok.
Setelah beberapa menit Joko berusaha melepaskan diri, tubuhnya terasa terhempas keras kedua kali. Kali ini terasa berputar. Joko tak tahu lagi apa yang terjadi. Dia hanya merasakan lembab dan gelap. Terdengar suara Joko mengerang berkali-kali di tengah pekat malam menjelang subuh.
Suaranya kian lemah tenggelam di antara dahan-dahan pohon berdaun lebat. Rupanya truk yang dikemudikannya terguling ke jurang. Di kejauhan terdengar teriakan orang-orang. Samar di telinga Joko, bunyi sirine bergantian meraung.
“Dik, dik... Rusmini,” bisik Joko pelan, kemudian memejamkan mata. (***/dwi)