• Senin, 22 Desember 2025

Tingginya Harga Batu Bara, Berkah atau Musibah Bagi Kaltim?

Photo Author
- Senin, 11 Oktober 2021 | 10:24 WIB
TAMBANG KIAN BERGAIRAH: Sejumlah tugboat menarik ponton batu bara yang melintas di Sungai Mahakam, Samarinda. Berjuta-juta ton emas hitam keluar dari Kaltim untuk diekspor ke berbagai negara.
TAMBANG KIAN BERGAIRAH: Sejumlah tugboat menarik ponton batu bara yang melintas di Sungai Mahakam, Samarinda. Berjuta-juta ton emas hitam keluar dari Kaltim untuk diekspor ke berbagai negara.

Meski, kinerja lapangan usaha tambang pada triwulan III sedikit tertahan seiring dengan gangguan cuaca yang kurang kondusif. Hal itu yang membuat harga batu bara terus meningkat, seiring produksi menurun di tengah permintaan yang tinggi. “Terus terjadinya peningkatan harga batu bara tentunya akan menopang proses pemulihan ekonomi,” tuturnya, Rabu (6/10).

Dia menjelaskan, saat ini permintaan batu bara relatif kuat, terutama dari Tiongkok dan India. Lebih 85 persen produksi batu bara Kaltim diekspor ke Tiongkok, India, dan beberapa negara di Asia Tenggara. Sisanya untuk domestik, mayoritas PLN dan industri.

Nilai ekspor Kaltim pada Agustus 2021 mencapai USD 2,44 miliar, atau mengalami kenaikan 33,73 persen dibanding dengan ekspor pada Juli 2021. Sementara bila dibanding Agustus 2020 (y-o-y) mengalami kenaikan 172,16 persen.

Ekspor batu bara cukup berperan dalam mendongkrak kenaikan nilai ekspor secara keseluruhan. Mengingat peranan nilai ekpor non-migas mencapai 96,22 persen terhadap total nilai ekspor. “Kenaikan ekspor ini membuat pemulihan ekonomi Kaltim bisa lebih cepat,” katanya.

Menurutnya, seiring kenaikan ekspor dan perbaikan mobilitas masyarakat, hal itu akan berdampak pada perbaikan konsumsi masyarakat, yang berujung pada pemulihan ekonomi. Apalagi, pertambangan dan penggalian masih memiliki peranan sebesar 44,74 persen terhadap struktur ekonomi Benua Etam, sehingga perbaikan sektor itu akan berdampak besar terhadap percepatan perbaikan ekonomi.

Namun, momen harga batu bara yang tinggi dikhawatirkan akan semakin membatasi laju pengembangan hilirisasi di Kaltim maupun nasional. Terutama karena risiko dan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan proyek hilirisasi, jauh lebih tinggi dibandingkan proses penambangan existing yang tidak banyak memerlukan biaya dan teknologi tinggi. “Sehingga semakin tingginya harga batu bara saat ini bisa menjadi penahan laju hilirisasi di Kaltim,” jelasnya. (rom/k16)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X