Tidak hanya tol atau pelabuhan, pembangunan jalur logistik dinilai penting guna mendukung perpindahan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Bumi Etam. Salah satu yang diharapkan hadir adalah moda transportasi kereta api.
BALIKPAPAN - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kaltim menyambut baik rencana pemerintah memindahkan IKN ke Kaltim. Terlebih bila para pengusaha lokal bisa bergabung dalam proyek-proyek yang dilakukan pemerintah tersebut.
Ketua Apindo Kaltim Slamet Brotosiswoyo mengungkapkan, banyak peluang yang bisa ditangkap para pengusaha daerah. Bahkan ada pula anggotanya yang telah berhasil melakukan kerja sama dengan perwakilan dari pengusaha luar negeri. Bahkan perusahaan tersebut siap berinvestasi apabila diberi kesempatan.
Semakin banyak investor atau pengusaha yang bergabung tentu bisa memperlancar pembangunan IKN itu sendiri. Maupun berdampak pada pertumbuhan perekonomian keseluruhan di Kaltim, hingga membuka lapangan kerja yang sangat luas bagi anak-anak muda daerah.
“Apindo punya komitmen agar pengusaha Kaltim bisa berkontribusi dalam berbagai macam pembangunan, tidak hanya IKN. Begitupun anak mudanya, jangan manja dan beranggapan bahwa sarjana harus kerja berdasi dan membawa mobil. Itu hanya akan menimbulkan kerugian persaingan,” ujar Slamet.
Sedari itu pula, Apindo mengusulkan ke pemerintah supaya lebih memerhatikan konektivitas antardaerah. Harus sejalan dengan pembangunan, bukan menunggu IKN jadi lebih dulu. Impian adanya kereta api beberapa tahun lalu kata Slamet bisa kembali dikaji.
Mengingat pemerintah sudah pernah melakukan kerja sama dengan Rusia. Saat itu, pemerintah merencanakan pembangunan kereta api pengangkut logistik rute Kubar-PPU. Walau belakangan ini kelihatannya batal. Moda transportasi darat berupa kereta api memang membutuhkan pembangun dalam jangka waktu yang panjang.
Belum lagi soal jumlah penduduk Kaltim saat itu yang dinilai masih sangat kecil dibandingkan jumlah penduduk di Pulau Jawa. Sehingga, rencana tersebut pun pudar. Tetapi dengan adanya IKN, Slamet berkata, kereta api menjadi fasilitas yang harus dimiliki. Tidak sekadar mengangkut logistik tapi juga penumpang, dan bisa trans-Kalimantan.
“Penduduk ke depan semakin bertambah, kereta api pun jelas lebih ekonomis biaya logistiknya dibandingkan angkutan lain. Semoga wacana tersebut bisa kembali direncanakan dan terealisasi,” ungkapnya.
Selama delapan tahun terakhir, Apindo bekerja sama dengan dunia pendidikan internasional yakni Asia Competitiveness Institute, yang merupakan lembaga di bawah Lee Kuan Yew School School of Public Policy National University Singapore. Di mana setiap tahun melakukan riset di negara Asia termasuk Indonesia mengenai daya saing.
Lembaga ini ditugasi bank dunia untuk menyurvei ke mana para investor menanamkan modal mereka. Serta melihat mana sajakah daerah yang menjanjikan dan potensi menguntungkan. Bertujuan mengikuti daya saing di seluruh provinsi Indonesia guna membantu merumuskan strategi pembangunan yang tepat. Serta menggairahkan suasana persaingan yang sehat antarwilayah dan provinsi di Asia khususnya di Indonesia.
Metode penelitian didasarkan pada paradigma bahwa daya saing dipengaruhi oleh empat lingkungan, yaitu kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur, stabilitas ekonomi makro, kondisi finansial, bisnis dan tenaga kerja, serta mencakup pemerintahan dengan institusi publik.
Dari situ kemudian dijabarkan lagi dalam poin-poin yang berjumlah total 105 indikator. Indikator ini kemudian dirumuskan menjadi pertanyaan yang diajukan kepada responden. Dari hasil survei tersebut, Kaltim berada di urutan ketiga setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur dari ranking se-Indonesia. Yang berarti menjadi daerah paling banyak pula dilirik para investor dunia.