• Senin, 22 Desember 2025

Di Balik Kehidupan Malam Para Kepala Desa, Ladies: Apa Ada Kades Karaoke..?

Photo Author
- Kamis, 20 Februari 2020 | 13:19 WIB

Tiga kepala desa yang digerebek sedang nyabu di Kotabaru mengungkap realita di balik kehidupan para pemimpin desa. Benarkah mereka memiliki gaya hidup yang hedonis?

---

Di Kotabaru, sudah bukan rahasia lagi jika beberapa kepala desa dikenal suka hiburan malam. Mereka biasanya dugem dengan rombongan sesama kepala desa juga.

Radar Banjarmasin bahkan pernah menemui beberapa kepala desa di Kartika, tempat karaoke yang berjarak sekitar tiga kilometer dari pusat kota. Di sana selain duduk ditemani miras, juga nongkrong bersama perempuan muda pemandu lagu. Miras-miras didatangkan dari penjual lokal. Juga pemandu lagu.

Sudah bukan rahasia, nama beberapa kepala desa begitu terkenal di kalangan gadis pemandu lagu karaoke. "Ladies-ladies (sebutan pemandu lagu) biasa minta tanya ke saya apakah ada kepala desa yang karaoke. Kalau ada, ladies pun meminta ia dipanggil ke ruangan," ujar seorang warga Kotabaru yang punya banyak relasi pemandu lagu.

Dari mana uang para kepala desa? Salah satu dari mereka mengatakan, ia punya usaha. Mulai dari kebun, usaha kelautan, hingga usaha dengan pihak ke tiga (perusahaan besar). Beberapa kepala desa yang suka hiburan itu memang bukan tokoh yang disegani. Mereka biasa berangkat dari kalangan lumayan berpunya, ikut pemilihan dan menang.

Bahkan di salah satu desa, masyarakatnya tahu persis jika kades mereka suka hiburan malam dan main perempuan. Namun di Kotabaru secara umum, kepala desa bukan jabatan yang dihormati.

"Beda sama di Pulau Jawa. Di kampung saya, Kades itu dihormati. Kalau pemilihan itu ramainya kayak Pilkada di sini," ujar mantan Kades Sebatung Awaludin yang sekarang menjabat sebagai anggota DPRD Kotabaru.

Banyaknya kepala desa menggunakan sabu, menurut Acong (bukan nama sebenarnya) adalah hal yang sudah bukan rahasia lagi. Mantan kepala desa di Batola ini mengatakan ia pernah terjerumus narkoba jenis sabu ini. "Pertama mencoba, lama-lama jadi rutinitas," ujarnya.

Acong mengatakan tugas sebagai kepala desa membuat dirinya bergaul dengan banyak orang, dari ustadz hingga preman. Anak-anak muda yang biasa mengonsumsi ini akhirnya menawarkan barang itu kepadanya.

Selain itu, ada lagi satu faktor yang membuatnya terjerumus. Apa itu? "Ya karena banyak dan mudahnya uang yang didapat selama menjabat sebagai Kepala Desa," gelaknya.

Meski demikian, Acong menepis anggapan bahwa dia mengkorupsi dana desa. Saat dirinya menjabat kepala desa, sekitar tahun 2014, uang dana desa hanya sekitar 100 juta. Acong mendapatkan uang dari berbagai urusan yang di minta warga. "Kada ada yang bikin surat miskin, surat masih bujangan, dan lainnya, yang biasanya memberi uang," ceritanya.

Acong menambahkan, sebagai seorang Kades, ada tiga hal yang selalu menyelimutinya. Yaitu, harta, tahta, dan wanita. Semua itu hampir dimiliki seorang Kades. Uang yang dapat dikatakan dari hasil yang tidak jelas, digunakan untuk hala yang tidak benar. Seperti mabuk dan main wanita. "Prinsip saya dulu, uang tidak jelas untuk senang-senang. Sedangkan untuk keluarga uang gaji semata," ujarnya.

PAPDESI Kalsel Mengaku Prihatin

Ketua Persatuan Aparatur Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (PAPDESI) Kalsel Rakhamtullah mengatakan prihatin dengan kasus kepala desa ditemukan nyabu. Kasus penangkapan kepala desa ini, diakui Rakhmatullah cukup menampar wajah PAPDESI Kalsel, pecahan APDESI yang baru terbentuk di Kalsel sejak tahun 2017 lalu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X