• Senin, 22 Desember 2025

Brigadir Jenderal Dendi Suryadi, Setelah 30 Tahun Memilih Jalan Sipil di Kukar

Photo Author
- Jumat, 19 Juli 2024 | 20:55 WIB
Brigadir Jenderal Dendi Suryadi
Brigadir Jenderal Dendi Suryadi

Syahdan, pernah adik bungsunya lulus tes masuk Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (Unpad). Dengan bungah, seraya mengepit map berisi lembar hasil pengumuman, si adik mendatangi sang ibu yang sedang mengadon kue. Melapor. 

“Saya lulus tes masuk Unpad, Mak”. Yang dilapori tetap bekerja mengadon kue. “Baik hak tu (bahasa Kutai). Tapi dari mana biayanya?” katanya sejurus kemudian. Si adik mafhum. Itulah ujung bungahnya. Tak ada pilihan, universitas ternama di Bandung tadi mesti dilupakan. Angan-angan jadi seorang dokter segera dipendam. 

Jualan kue, mengecer koran, kuli bangunan, atau apa saja, di tengah keluarga itu adalah pilihan paling mungkin, paling realistis. Keterbatasan ekonomi memaksakan kemandirian, mencari jalan penyelesaian dengan cara masing-masing, rata-rata sejak mereka belia. 

Baca Juga: Percaya Diri Kunci Lebih Maju, Brigjen Dendi Motivasi Wisudawan Al Azhar Syifa Budi Samarinda

Namun tak banyak yang tahu, si loper ManuntunG rupanya ‘cuma’ sedang menghela napas. Lagi tiarap dan mengendap. Hasil jualan koran diam-diam dia tabung. Dan ketika telah Rp250 ribu, setahun sejak kegagalan di Balikpapan tadi, kembali dia temui pelatih teaternya. Kali ini bukan buat berdiskusi, tapi untuk memberitahu.

“Saya mau ke Bandung, kak”. 

“Ngapain ke sana?” 

“Saya mau coba tes masuk Akmil lewat Kodam Siliwangi”. 

“Lha, kamu kan lagi kuliah?” 

“Buat saya Akmil lebih cocok”. 

“Mamakmu sudah tahu?” 

“Beliau akan tahu setelah saya lolos tes nanti”. 

Pendaftar di Mulawarman 300 orang. Di Siliwangi jumlah itu 10 kali lipat lebih banyak. “Apa tantangannya tidak jauh lebih berat?” saya bertanya. “Saya pernah gagal. Saya tahu musti ngapain. Saya akan berlatih sekeras mungkin. Di atas semuanya saya akan sering-sering meminta back up dan bantuan yang diperlukan’. 

“Dari siapa?” 

“Dari Tuhan!” jawabnya kemudian. Kami tersenyum bareng. Saya jabat tangannya. Sebelum pergi dia bertanya, siapa sanak famili saya yang perlu dia datangi di Bandung, dan saya menyebut Buya Abdul Mu'thi Nurdin - paman saya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: prokal.co

Tags

Rekomendasi

Terkini

Bupati Kukar Aulia Rahman Gabung Partai Gerindra

Senin, 24 November 2025 | 09:59 WIB
X