TANJUNG REDEB – Kesiapsiagaan bencana di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, khususnya terkait sistem peringatan dini tsunami, berada di level yang mengkhawatirkan dan mendesak untuk segera ditingkatkan. Penilaian ini muncul mengingat posisi geografis Berau yang merupakan kawasan rawan gempa, dikelilingi oleh tiga sesar aktif besar: Sesar Maratua, Sesar Laut Tarakan, dan Sesar Tanjung Mangkalihat.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, Nofian Hidayat, menjelaskan bahwa dari ketiga struktur geologi tersebut, Sesar Tanjung Mangkalihat menjadi yang paling diwaspadai karena disebut paling aktif bergerak dan memicu gempa.
Alat Deteksi Belum Memadai, Prioritas di Pulau Wisata
Nofian mengungkapkan bahwa saat ini BPBD Berau hanya memiliki alat pendeteksi gempa yang dinilai belum memadai untuk memberikan antisipasi dini terhadap potensi tsunami yang mungkin timbul.
Oleh karena itu, pihaknya mendesak agar segera dilakukan pemasangan alat deteksi tsunami di sejumlah titik strategis. Lokasi yang diusulkan mencakup wilayah krusial seperti Pulau Maratua, Derawan, Balikukup, dan Sambit.
Meskipun kebutuhan mendesak ini telah dibahas secara internal, BPBD Berau mengakui bahwa surat resmi permohonan pengadaan alat tersebut belum diajukan kepada pihak terkait.
Selain keterbatasan alat deteksi, Nofian juga menyoroti kekurangan jumlah personel BPBD dalam menghadapi potensi bencana berskala besar.
Meski demikian, BPBD Berau telah memetakan wilayah yang berpotensi besar terdampak jika skenario tsunami terjadi. Wilayah perairan yang diperkirakan berisiko tinggi meliputi Maratua, Pulau Derawan, Kaniungan Besar dan Pulau Balikukup.
Sementara itu, wilayah daratan yang perlu meningkatkan kewaspadaan adalah Tanjung Batu, Talisayan, Bidukbiduk, dan Batu Putih.
Nofian menegaskan bahwa dampak dari pergerakan sesar aktif ini memiliki jangkauan yang luas dan tidak hanya mengancam Berau, tetapi juga dapat dirasakan hingga provinsi tetangga, Kalimantan Utara, khususnya di wilayah Tarakan.
“Ini perlu jadi perhatian bersama. Dan upaya mitigasi itu penting untuk mencegah hal yang tidak diinginkan,” pungkas Nofian. (*)