berau

Harga Kebutuhan Pokok di Kabupaten Berau Tinggi Ternyata karena Ini

Faroq Zamzami
Rabu, 26 Februari 2025 | 09:41 WIB
SIDAK: Diskoperindag Berau bersama tim gabungan tengah melakukan sidak bahan pokok menjelang Ramadan, dan memastikan stok masih aman. (IZZA/BERAU POST)

 Baca Juga: Disdik Berau Tetapkan Pembelajaran Selama Ramadan, Ini Jadwalnya

Salah satu bentuk intervensi yang bisa dilakukan pemerintah adalah mengurangi panjangnya rantai distribusi barang, sehingga harga yang sampai ke masyarakat bisa lebih terkendali.

“Misalnya, kami bisa membantu dari sisi distribusi, membuat rantai pasok semakin pendek, sehingga harga di masyarakat bisa kita tekan,” tambahnya.

Sementara itu, Kabid Bina Usaha Perdagangan, Diskoperindag Berau, Hotlan Silalahi, menyebutkan ada lima komoditas utama yang dipantau menjelang Ramadan. Yaitu, bawang merah dan putih, cabai, telur, daging, serta beras.

Disebutnya, untuk harga cabai merah mengalami lonjakan hingga Rp 100.000-Rp 110.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 80.000 per kilogram akibat faktor cuaca.

Sementara itu, bawang merah dijual seharga Rp 40.000 per kilogram dan bawang putih Rp 45.000 per kilogram. Harga beras masih stabil di kisaran Rp 13.000-Rp 18.000 per kilogram, bergantung kualitas.

"Tentunya kalau faktor alam tidak bisa kami kendalikan. Tapi harapannya dengan pasokan dari berbagai daerah bisa membuat harga semakin turun. Saya sarankan kepada pedagang untuk berkelompok memilih distributor," tegasnya.

 Baca Juga: Ada Agen dan Pangkalan di Kabupaten Berau Langgar HET Elpiji 3 Kilogram, Diskoperindag Lakukan Ini

Sedangkan, harga daging lokal juga masih standar, bertahan di kisaran Rp 150.000-Rp 160.000 per kilogram, sementara daging beku dijual Rp 120.000 per kilogram. Pun harga telur masih normal, berkisar antara Rp 58.000-Rp 60.000 per piring.

“Kami lihat di tingkat distributor, stok masih aman hingga pasca-Lebaran 2025. Harga pun tidak ada kenaikan dari produsen sampai di distributor,” ungkapnya.

Namun, ia mengakui adanya dilema dalam distribusi barang yang berasal dari luar daerah. Banyak barang kebutuhan pokok yang didatangkan dari Sulawesi dan Surabaya, namun melalui perantara di Samarinda dan Balikpapan.

“Ini yang membuat harga semakin naik. Kami mencari informasi, ingin tahu siapa yang mendatangkan barang, sehingga kami bisa mengintervensi untuk menekan harga,” jelasnya.

Salah satu contoh kenaikan harga akibat panjangnya rantai distribusi adalah minyak goreng Minyakita. Harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 15.700 per liter, tetapi di pasaran ditemukan harga mencapai Rp 20.000 per liter.

 Baca Juga: Sri Juniarsih-Gamalis Sah Menang, MK Tolak Gugatan Sengketa Pilkada Berau

“Kalau pedagang itu memberi tahu informasi dari mana mereka mendapatkan barang, kami bisa menelusuri dan memangkas rantai pasoknya, sehingga harga bisa sesuai HET,” tegasnya.

Halaman:

Tags

Terkini