Haji Subhan Nur, anggota Komisi II DPRD Kalbar, mengungkap hasil investigasi timnya yang menunjukkan bahwa salah satu titik masuk utama daging ilegal adalah di Jagoibabang, Kabupaten Bengkayang. "Di sana, ada indikasi keterlibatan oknum-oknum tertentu yang membantu distribusi daging ilegal. Kami minta kepala daerah dan instansi terkait segera melakukan penertiban secara tegas," tegasnya.
Anggota DPRD Kalbar 3 periode ini memperkirakan potensi paling besar daging ilegal masuk itu melalui perbatasan wilayah Jagoibabang, Bengkayang-Malaysia. Karena disitu dari hasil investigasi timnya dan dirinya sendiri, ada oknum-oknum terlibat. Bahkan ada semacam lapak besar di sana sengaja semacam "dipelihara" untuk menampung peredaran barang ilegal apapun, sebelum masuk ke Kalbar.
Baca Juga: Ratusan Rumah Terendam Banjir Besar, Putussibau Lumpuh
"Rumor ini sudah lama sekali. Kalau tak segera ditindak yang nakal-nakal ini, maka jangan heran peredaran barang ilegal akan semakin marak kembali," pungkas dia.
Sementara itu, Haji Syafei, Ketua Persatuan Pedagang dan Peternak Sapi Kalbar, menyebut keluhan ini sudah berlangsung selama dua tahun terakhir. "Peternak kami sangat dirugikan. Banyak dari mereka yang akhirnya berhenti beternak karena tidak mampu bersaing dengan harga daging ilegal yang mencapai 50-60 persen lebih murah dibandingkan daging lokal," katanya.
Para peternak dan pedagang sapi Kalbar berharap pemerintah dapat menindak tegas pelaku perdagangan daging ilegal serta memberikan perlindungan kepada pelaku usaha lokal. "Kami mohon kepada pemerintah agar segera menangkap pelaku perdagangan ilegal ini. Sudah terlalu lama kami mengalami kerugian akibat praktik ini," ucapnya.
Dengan momentum Lebaran yang semakin dekat, harga daging sapi diprediksi akan naik menjadi Rp 150 ribu per kilogram. Namun, jika masalah daging ilegal tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin peternak lokal akan semakin terpinggirkan.(den)