SINGKAWANG – Sekitar 9 hektare lahan terbakar di kawasan Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan, Kalimantan Barat. Kebakaran terjadi di sepanjang jalur Jembatan 6, 7, dan 9 yang berada di akses jalan menuju Bandara Singkawang – Pasir Panjang, sekitar dua kilometer dari lokasi bandara.
Meski titik api mendekati kawasan akses bandara, hingga kini kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tersebut belum mengganggu aktivitas transportasi darat maupun penerbangan. Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie, mengatakan kebakaran sudah berlangsung sejak beberapa hari lalu.
Petugas gabungan dari BPBD, Manggala Agni, TNI, Polri, Damkar, dan relawan telah melakukan upaya pemadaman, namun api kerap kembali menyala karena kondisi lahan yang berupa gambut.
“Beberapa titik sudah padam, tapi api hidup lagi karena lahannya gambut. Ini yang membuat proses pemadaman jadi lebih sulit,” ujar Tjhai Chui Mie saat meninjau lokasi, Rabu (23/7).
Sebagai langkah mitigasi, Pemkot Singkawang akan mengambil tindakan teknis darurat, di antaranya membuka sumur bor dan membuat parit untuk membatasi pergerakan api. “Untuk mencegah api makin meluas, kami akan buka sumur bor sebagai sumber air dan buat parit di sekitar lokasi kebakaran,” tambahnya.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar, karena berisiko tinggi menyebabkan karhutla yang berdampak luas bagi lingkungan dan warga sekitar.
“Saya minta kepada seluruh masyarakat, khususnya pemilik lahan, jangan membuka lahan dengan cara dibakar. Ini sangat berbahaya dan bisa merugikan kita semua,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kota Singkawang, Nana Priyana, mengungkapkan bahwa kebakaran lahan di sekitar jalur bandara ini sudah terjadi untuk ketiga kalinya. Menurut laporan dari penjaga lahan, luas area terbakar di sekitar Jembatan 9 mencapai sekitar 5 hektare, sementara sisanya berada di Jembatan 6 dan 7.
“Jembatan 9 ini sudah kejadian yang ketiga. Tantangan utama kami adalah sulitnya akses ke lokasi dan keterbatasan sumber air,” kata Nana. Dengan jenis lahan yang dominan berupa gambut dan kondisi geografis yang sulit dijangkau, proses pemadaman masih terus berlangsung secara bertahap. (har)