PONTIANAK– Angka stunting di Kabupaten Sintang melonjak dari 24 persen pada 2023 menjadi 31 persen pada 2024. Kenaikan signifikan ini menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Sintang, khususnya Tim Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting (TP3S).
Wakil Bupati Sintang, Florensius Ronny, menegaskan bahwa situasi ini harus menjadi pemicu semangat seluruh jajaran pemerintah daerah untuk bekerja lebih keras. “Kenaikannya sekitar 6 persen lebih. Ini jangan membuat kita menundukkan kepala, tetapi menjadi tantangan untuk terus bekerja. Menurunkan stunting adalah soal kemanusiaan, bukan sekadar angka,” ujarnya, Selasa (12/8).
Ronny menyebut, gizi buruk pada balita dan ibu hamil menjadi penyebab utama tingginya kasus stunting. Ia menegaskan penanganan gizi buruk harus menjadi prioritas. “Saya bertekad, ke depan tidak ada satu pun balita dan ibu hamil dengan gizi buruk yang tidak tertangani dengan baik oleh Pemkab Sintang,” tegasnya.
Ia juga mengajak semua pihak untuk menjadikan pencegahan stunting sebagai misi kemanusiaan bersama. “Biarlah mencegah stunting ini menjadi ladang amal kita bersama. Kalau urusan kemanusiaan ini kita selesaikan, angka penurunan akan mengikuti,” tambahnya.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang menunjukkan, lonjakan angka stunting membutuhkan intervensi gizi yang lebih intensif, terutama di wilayah pedesaan yang memiliki keterbatasan akses layanan kesehatan. “Upaya lintas sektor dan partisipasi aktif masyarakat menjadi kunci keberhasilan penurunan angka stunting di daerah,” pungkasnya. (nda)