Sementara itu, bahasa Indonesia lebih banyak digunakan dalam ranah formal, seperti pendidikan dan administrasi. Namun dalam praktik sehari-hari, bahasa Melayu Malaysia juga cukup dominan karena dianggap lebih prestisius dan terkait erat dengan peluang ekonomi di Malaysia.
"Fenomena alih kode dan campur kode menjadi hal yang lazim di tengah kehidupan masyarakat Melayu dan Dayak yang berkerabat lintas batas negara. Oleh karena itu, data lapangan merefleksikan perlunya pendekatan kebahasaan yang partisipatif dalam memperkuat integrasi nasional di kawasan-kawasan marginal, seperti perbatasan Kalimantan Barat," ujar Binar menjelaskan temuan awal penelitian di Jagoi Babang. (mrd/r)