Penerapan bagasi berbayar benar-benar mempengaruhi segala sektor di dunia penerbangan. Bukan hanya membuat usaha travel lesu, tapi juga mengakibatkan penghasilan para porter di Bandara Syamsudin Noor turun drastis.
SUTRISNO, Banjarbaru
Pendapatan buruh angkut barang di bandara menurun, karena semenjak bagasi gratis dihapus pada 22 Januari 2019 tadi banyak penumpang yang mengurangi barang bawaan guna menghindari biaya bagasi. Mereka pun tak meminta bantuan profesi pengangkut barang itu.
Seperti halnya Kamis (31/1) kemarin, para pramuantar di Bandara Syamsudin Noor tampak menanti penumpang yang ingin meminta bawakan barang di depan terminal keberangkatan. Namun, hampir satu jam menunggu belum ada yang memanfaatkan jasa mereka.
"Biasanya setengah jam sudah ada penumpang yang datang minta bawakan barang. Tapi sekarang, kami harus menunggu dua sampai tiga jam baru ada," kata salah seorang porter, Abdul Muin.
Dia mengungkapkan, sejak penghapusan bagasi gratis diberlakukan pendapatan mereka menurun drastis.
"Sebelumnya dalam sehari kami bisa membawakan barang penumpang lima sampai enam kali sehari. Tapi sekarang dapat dua saja sulit," ungkapnya.
Dalam satu kali antar dia mengaku mematok biaya Rp20 ribu. Namun, terkadang ada penumpang yang memberi uang lebih.
"Sekarang setiap hari paling membawa pulang uang Rp50 ribu. Istri sampai tanya, kenapa akhir-akhir ini membawa pulang uang sedikit," ucap pria berusia 62 tahun ini.
Minimnya pendapatan terpaksa membuat warga Landasan Ulin, Banjarbaru ini harus mengirit pengeluaran untuk biaya rumah tangga.
Sebab, menjadi porter di bandara dirinya harus membayar iuran Rp1,2 juta perbulan. "Kami mangkal di sini bayar. Tapi, pendapatan malah turun," keluhnya.
Nasib sama dialami buruh angkut lainnya bernama Agus, 43. Dia mengaku semenjak bagasi gratis maskapai milik Lion Air Group dihapus, kebutuhan rumah tangganya tak tercukupi.
"Saya menghidupi istri dan dua anak, sementara pendapatan saya sehari paling Rp50 ribu. Belum lagi harus bayar tempat setiap bulannya," ujarnya.
Dia mengungkapkan, selama belasan tahun bekerja menjadi porter di Bandara Syamsudin Noor, baru awal tahun ini dirinya kelimpungan mencari penumpang yang meminta bawakan barang.
"Tahun ini paling parah. Biasanya, sehari saya bisa bawa uang Rp100 ribu sehari," ungkapnya.