"Surat skorsing akan ditinjau ulang. Kami meminta waktu sepekan kepada mahasiswa. Urun rembuk kan perlu waktu," pungkas Hairul. Sambil menunggu keputusan, aliansi diminta mendinginkan suasana kampus.
Sementara itu, Dekan FTK, Prof Juairiah juga menegaskan hal serupa. Fakultas akan berbenah sesuai tuntutan mahasiswa.
"Betul, ada dosen yang malas. Seperti ketiduran pas mengajar. Atau malah asik main hape di kelas. Tapi itu hanya segelintir dosen. Jangan dipukul rata," tegasnya.
Perihal konflik dengan Gusti, dia kembali menegaskan, skorsing itu tak ada kaitannya dengan demonstrasi mahasiswa.
"Kami justru berterimakasih atas demonstrasi itu," tandas Juairiah.
Koordinator aliansi mahasiswa, Zainul Muslihin tampak puas dengan hasil pertemuan itu.
"Dalam pandangan mata mahasiswa, SK skorsing itu cacat prosedur. Toh akhirnya memang terbukti," ujarnya.
Mendengar argumen dekan bahwa skorsing tak ada kaitan dengan aksi unjuk rasa, Zainul pun tersenyum geli.
"Silakan baca suratnya. Pasal yang dikenakan kepada Gusti terkait aksi demonstrasi. Bukan pasal etika," jelasnya.
Namun, mahasiswa Fakultas Syariah itu memastikan, aliansi mencoba berprasangka baik atas jalan perdamaian yang ditawarkan fakultas.
"Kami akan bersabar selama sepekan. Semoga berakhir dengan baik," pungkasnya.
Sebelumnya, jika tawaran dialog tak diterima, aliansi terpaksa mengambil pilihan lain. Yakni menempuh jalur hukum. Menggugat FTK untuk mengembalikan hak akademik Gusti. (fud)