Wajah Sugianto tampak lelah. "Listrik mati bukan disengaja. Ini murni gangguan. Jangan karena sedikit-sedikit padam, PLN langsung didemo. Kalau begitu melulu, bagaimana kami bekerja," ujarnya.
Setelah perdebatan yang singkat, daya kesabaran Sugianto pun habis. "Kalian kan orang pintar. Mau menyampaikan aspirasi silakan. Tapi jangan tengah malam! Mana ada demo malam-malam," imbuhnya.
PLN kemudian mengancam menelepon aparat kepolisian. Membubarkan paksa kerumunan mahasiswa.
Merasa menemui jalan buntu, mahasiswa berunding di depan gedung PLN. Mereka kemudian membacakan pernyataan sikap dan pulang kembali ke kampus.
Ada tiga butir dalam pernyataan itu. Pertama, sidang paripurna merupakan momen sakral bagi keluarga mahasiswa ULM. Dan PLN telah mengecewakan peserta sidang.
Kedua, menuntut penjelasan kepada mahasiswa atas pemadaman listrik mendadak. Paling lambat 24 jam setelah aksi sweeping.
"Terakhir, Kalsel sebagai pemasok energi nasional, sudah saatnya untuk mandiri. Mampu memenuhi kebutuhan listriknya sendiri. Bebas dari byarpet listrik," pungkas Aldy. (fud/ay/ran)