BANJARMASIN - Kantor Wilayah Kementerian Agama Kalsel menuntut VFS Tasheel menambah kantor pelayanan rekam data biometrik. Minimal dua, di Batulicin dan Barabai. Mengingat ada hampir empat ribu calon haji asal 13 kabupaten dan kota yang harus dilayani.
"Kuota haji Kalsel sekarang 3.831 calhaj. Sementara kantor VFS Tasheel di Banjarmasin baru sanggup melayani 150 orang sehari. Belum ditambah rekam biometrik untuk umrah," kata Kepala Seksi Pendaftaran dan Dokumen Haji Kanwil Kemenag Kalsel, Nofirman, kemarin (11/3).
Sementara, separo buku paspor calhaj telah diterbitkan. Musim keberangkatan haji akan tiba pada awal Juli mendatang. Urusan perekaman ini kian mendesak. "Tasheel telah berjanji menyediakan pelayanan mobile untuk perekaman haji. Semoga saja," imbuhnya.
Tasheel sendiri masih menumpang di kantor cabang PT Pos Indonesia di Banjarmasin Barat. "Jelas tidak layak. Halaman parkirnya saja sempit," cecarnya.
Tuntutan penambahan kantor itu telah ditegaskan Kemenag. Melalui surat resmi ke kantor pusat Tasheel di Balikpapan. Surat itu belum dijawab. "Sebelum akhir Maret, harus ada upaya untuk duduk satu meja," tegasnya.
Batulicin dan Barabai dipilih karena alasan logis. Di sana ada kantor imigrasi. Seusai mengurus buku paspor, calhaj bisa langsung menjalani perekaman. Mencakup pemindaian sidik jari, retina mata, dan suara.
Batulicin untuk melayani jemaah asal Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu. Sedangkan Barabai untuk melayani jemaah asal Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Balangan dan Tabalong. Sisanya akan ditangani kantor di Banjarmasin.
Ini demi memangkas permasalahan jarak. Yang memakan waktu, tenaga dan ongkos calhaj. Agar calhaj dari kabupaten terujung tak perlu jauh-jauh datang ke Banjarmasin.
Jika penambahan kantor memang belum memungkinkan, Kemenag menawarkan jalan keluar. "Mengapa tak pindah ke asrama haji saja? Di sana calhaj bisa beristirahat selagi ngantre giliran rekaman," tukas Nofirman.
Perubahan aturan ini merupakan keputusan sepihak Kerajaan Saudi Arabia. Yang menunjuk Tasheel sebagai operator tunggal rekam data biometrik. Semula cuma untuk umrah. Kini juga berlaku untuk haji.
"Selain itu, dulu rekam biometrik hanya untuk memasuki negara Saudi saja. Syarat keimigrasian biasa. Sekarang berbeda, menjadi syarat penerbitan visa," jelasnya.
Hubungan antara Kemenag dan Tasheel memang tak bisa disebut hangat. Tasheel tiba-tiba muncul di Banjarmasin, tanpa berkoordinasi dengan Kemenag. "Itu bukan hanya keluhan kami. Dimana-mana Tasheel menunjukkan sikap menutup diri," pungkas Nofirman.
Keluhan atas Tasheel memang sudah menasional. Belum lama ini, Kemenag pusat menuntut Tasheel menambah kantor pelayanan di Indonesia. Mengingat beberapa provinsi belum terlayani. Contoh Papua.
Sementara itu, kemarin Radar Banjarmasin kembali mengunjungi kantor Tasheel di Jalan Teluk Tiram Darat. Kondisi terkini sedikit lebih baik. Sudah ada monitor kecil untuk memantau nomor antrean. Halaman parkirnya juga mengering. Tak lagi tergenang air hujan.
Lagi-lagi, Tasheel memilih untuk bungkam. Semua pertanyaan dibalas dengan jawaban tak tahu. Salah seorang calhaj yang sedang menunggu giliran perekaman adalah Daryono, 36 tahun. Dia warga Sungai Danau, Kabupaten Tanah Bumbu.