Aksi lalu diakhiri di halaman kantor wali kota di Jalan RE Martadinata. Di situ 20 anak Punk sudah mengadang. Mereka ingin bergabung. Tapi gara-gara kesalahpahaman kecil, mereka terpaksa menggelar aksi terpisah.
"Katanya belum berkoordinasi. Jadi enggak dibolehin gabung," kata Arida, pentolan aksi. Berpakaian serba hitam, bertato dan piercing, mereka sebenarnya melek politik. Tak ingin melewatkan May Day dengan duduk-duduk di rumah.
Meski agak kecewa, spanduk dan poster tetap digelar. Di atas Jembatan Sungai Telawang, 150 meter dari Balai Kota. "Isunya sama saja. Menolak upah murah dan jam kerja yang manusiawi," ujarnya.
Seingat Arida, ini bukan aksi pertama. Pada May Day tahun 2015 dan 2016, anak-anak underground ini juga bikin long march. "Tak ada istilah organisasi atau aliansi. Sebagian datang dari kelas pekerja. Sisanya mahasiswa," pungkasnya.
Di Tabalong, massa pekerja yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Kimia Energi Pertambangan Minyak Gas Bumi dan Umum (FSP KEP) juga turun ke jalan, Rabu (1/5/19) kemarin. Mereka adalah pekerja perusahaan di Tabalong yang menjadi karyawan di pertambangan batu bara, perkebunan kelapa sawit dan lain-lain.
Dalam konvoi dan orasi, para buruh menutut agar tidak ada lagi pemutusan hubungan kerja (PHK) secara tidak wajar yang dilakukan perusahaan. Di Tabalong, menurut mereka, masih banyak perusahaan yang bermasalah dengan itu.
"Di Mayday ini harapan kami pekerja tidak lagi ada pemutusan kerja tidak wajar. Penuhilah hak-hak mereka," tegas Syahrul, selaku Ketua FSP KEP.
Ia menuturkan setidaknya ada 12 perusahaan yang bermasalah dalam pengupahan, karena telah melanggaran ketentuan Upah Minimum Kabupaten (UMK).
Kegiatan orasi di Taman Giat Kota Tanjung itu pun juga diselingi dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mars serikat pekerja. Kemudian, mereka berkonvoi menuju Panti Asuhan Kasih Bunda untuk menyerahkan santuan dan syukuran di Masjid Islamic Center Balangan dan kemudian makan bersama anak yatim.
Konvoi menggunakan sejumlah mobil dan ratusan kendaraan sepeda motor itu, dilakukan dengan mengibarkan bendera-bendera serikat pekerja. Meski hampir semua badan jalan mereka kuasai, namun pelaksanaan berjalan lancar tanpa kendala.
Semua aksi tersebut pun dikawal pihak kepolisian Polres Tabalong. Wakapolres Tabalong, Kompol Iwan Purnomo menjelaskan, ada sebanyak 50 orang personel yang disiagakan. "Penjagaan dan pengawalan ini dari Taman Giat Kota Tanjung ke panti asuhan di Mabuun, sampai ke Paringin, Balangan," cetusnya. (fud/ibn/ema)