• Senin, 22 Desember 2025

Rayakan dengan Dentuman untuk Pupuk Kebersamaan

Photo Author
- Sabtu, 18 Mei 2019 | 10:54 WIB

Selesai dibelah, bagian daging atau isi dari pohon aren harus dibersihkan terlebih dahulu. Mengikuti alur kulit pohon aren. Ke depan, apabila belahan kembali disatukan, sepanjang pohon aren bakal utuh seperti sedia kala, dan memiliki lubang. Hanya bagian ujung yang menjadi tempat memasukkan air dan karbit saja yang dibiarkan ada daging atau isi dari batang pohon aren.

“Di bagian itu pula, nanti akan dibuat lubang untuk menyulut api. Tepatnya, ada di bagian atas meriam,” urai Rahman.

Untuk menghindari rembesan angin atau menghindari uap campuran air dan karbit keluar dari celah bekas belahan gergaji, warga menambal bagian tersebut dengan plat besi tipis. Agar lebih kuat, warga juga melilit batang pohon aren dengan potongan bambu muda berwarna hijau hingga rotan.

“Dari lubang yang dibuat, bunyi menggelegar bakal keluar. Terdengar bersahutan, hingga jarak berkilo-kilo meter,” tambah Rahman.

Ketua Pelaksana Festival Meriam Karbit, Basirin, yang sedari awal menemani penulis, mengungkapkan, warga di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, khususnya yang bermukim di kawasan Kecamatan Pandawan, mendengar bunyi nyaring meriam karbit merupakan hal yang biasa.

Masyarakat bisa memaklumi. Karena ini merupakan festival sekaligus tradisi tahunan. Tapi, untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, para orang tua, khususnya yang sudah uzur atau sepuh, diungsikan terlebih dahulu sebelum acara dimulai.

Selain itu, masyarakat juga sudah mengantongi izin dari berbagai pihak. Mulai dari Pemerintah setempat hingga aparat kepolisian. Kemudian, dikuatkan dengan komitmen masyarakat, yang bakal mengganti kerugian, apa bila ada sesuatu hal terjadi akibat dentuman meriam karbit. Sebagai contoh dentuman meriam karbit, bisa jadi memecahkan rumah warga yang berada tak jauh dari area pertempuran.

“Masyarakat yang datang menyaksikan jumlahnya bisa sampai ribuan, datang dari berbagai daerah dan berbagai elemen. Bahkan ada pula turis luar negeri yang menyaksikan,” beber Basirin.

Ada sebuah legenda yang berkembang dimasyarakat setempat. Menurut penuturan Basirin, di sebuah tempat yakni di kawasan Pinang Habang Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), dahulu kala, ada bunyi dentuman yang sangat nyaring terdengar. Bahkan, sampai ke Kabupaten HST.

Dentuman yang didengar pun muncul berulang-ulang. Oleh warga setempat, asal suara dentuman pun akhirnya dicari. Dan ternyata, suara dentuman berasal dari makhluk berukuran besar yang asyik bermain di sungai. Makhluk itu melompat dari daratan menuju ke sungai secara bergantian.

“Bunyi lompatan itu yang nyaring terdengar. Konon, hal itu yang menginspirasi tradisi festival ini di HST. Tapi, ini hanya cerita orang tua dahulu. Benar atau tidaknya, itu belum tentu,” tuturnya.

Terlepas dari keseruan festival hingga legenda yang menyelimutinya, ada banyak pesan yang dapat diambil terkait festival tradisi meriam karbit. Yakni, kebiasaan masyarakat yang gemar bergotong royong, semangat dan ketelitian. Ya, semua warga di Desa Buluan, termasuk warga dari desa lainnya di Kecamatan Pandawan, tumpah ruah memeriahkan gelaran ini. Mereka juga tak segan untuk turut serta membantu.

“Sisi positif ini yang kami pupuk dalam setiap gelaran. Kemudian, menumbuhkan semangat, apapun pekerjaan yang dilakukan hasilnya bakal kurang memuaskan bila tak ada semangat. Kemudian, tanpa ketelitian, dentuman yang keluar dari meriam karbit, juga tak akan bagus,” tuntas Basirin. (war/by/ema)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB
X