• Senin, 22 Desember 2025

Sisi Lain Desa Patikalain: Indung Sambi, Sang Legenda Hidup

Photo Author
- Sabtu, 16 November 2019 | 11:26 WIB

PENDUDUK Desa Patikalain, Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) pasti mengenal Indung Sambi. Selain umurnya diyakini lebih dari seabad, perempuan dayak yang satu ini juga dianggap sakti.

-----------------

Di pagi Jumat (8/11) yang dingin. Penulis memacu motor dari Barabai yang menjadi pusat Kabupaten HST, menuju Desa Patikalaian. Selain ingin menulis harmoni penduduk dengan ragam keyakinan di desa tersebut, juga ingin bertemu dengan Indung Sambi. Mendengarkan cerita tentangnya, kemudian membagikannya kepada para pembaca.

Sebelumnya, penulis mengetahui informasi tentang Indung Sambi, dari salah satu mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin, yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Patikalain. Rizky Ade Putera. Pemuda jangkung, itu menuturkan bahwa Indung Sambi bak legenda hidup di mata penduduk Desa Patikalain.

Indung Sambi, sendiri diketahui tinggal di Dusun Pantai Uang, Kecamatan Hantakan. Sebuah dusun yang terletak sekitar lebih dari 1 jam perjalanan dari Desa Patikalain. Meski tempat tinggalnya telah diketahui, namun mencarinya tak mudah. Indung Sambi, kerap tak berada di kediamannya. Dia gemar menjelajah.

“Umurnya dipercaya lebih seratus tahun. Sudah tua banget, tapi masih kuat naik turun gunung,” ucap Rizky, ketika menemani penulis saat menuju Desa Patikalain.

Mendekati Desa Patikalain, tepat di persimpangan jalan menuju Dusun Ramang, Rizky, tiba-tiba memarkirkan motornya di pinggir tebing. Dia tampak mengobrol dengan sesosok perempuan tua yang berjalan pelan tanpa alas kaki, sembari memegang tongkat. Sementara di punggung perempuan berkebaya putih dengan lilitan kain di lehernya, itu memanggul Butah (tas punggung yang terbuat dari anyaman rotan). Ya, dia Indung Sambi.

Tanpa pikir panjang, seusai ikut memarkirkan motor, penulis bergegas mengeluarkan kamera. Sebelum memotret, mata perempuan yang seluruh warna rambutnya tampak memudar, itu tertuju ke penulis. Mata kami bertemu. Dia tersenyum, menyejukkan.

“Jangan difoto, belum memakai bedak,” ucap Indung Sambi malu-malu. Tak lama kemudian, dia tergelak. Setelah gelak tawanya berhenti, dia memainkan tongkat panjangnya, mengais-ngais dedaunan di tanah. Sementara kepalanya, mendongak ke atas.

Saya mencoba merayu untuk dapat memotretnya. Tapi, Indung Sambi, masih asyik mengais-ngais dedaunan dengan tongkatnya. Dia seperti tak mendengarkan pembicaraan kami. Dan benar. Perlu usaha keras. Meski kakinya masih kuat melangkah, ternyata pendengarannya sudah mulai berkurang. Pantas, rayuan saya sebelumnya tak mempan.

Setelah akhirnya Indung Sambi bersedia difoto. Saya mencoba mengais kisah tentang dirinya. Lagi-lagi, saya harus berbicara dengan suara keras. Kali ini, usaha yang saya lakukan sia-sia. Dari sederet pertanyaan yang saya lontarkan, termasuk menawarkan tumpangan, dia hanya menjawab bahwa dia ‘Pernah ke Jakarta,’ dan barang bawaan yang ada di dalam Butahnya (tas anyaman dipakai seperti ransel, Red) ‘Bakal dijual ke pasar,’.

Tak enak rasanya menghentikan perjalanan Indung Sambi lebih lama. Terlebih, ketika ditawarkan untuk duduk bersantai, dia lebih memilih tetap berdiri. Tak memakan waktu lama, kami pun berpamitan.

Penasaran dengan kisah Indung Sambi, Sabtu (9/11) sore, seusai melakukan peliputan di Desa Patikalain, sebelum kembali ke Barabai, penulis menanyakan perihal Indung Sambi kepada Ruay (89), mantan Kepala Desa setempat. Sebagai orang yang juga dituakan di Desa Patikalain, maka dia pasti punya informasi tentang Indung Sambi.

Dari keterangan Ruay, Indung Sambi, hanyalah nama panggilan. Indung berarti Ibu dan Sambi diambil dari nama anaknya yang sudah meninggal. Nama panggilan itu sudah terlanjur melekat.

“Nama aslinya, Rapaku. Dia pernah menjadi salah satu peserta yang diboyong ke Jakarta, ketika kami ditunjuk mewakili Kabupaten HST, untuk memperkenalkan adat dan budaya Dayak Meratus di sana,” ungkapnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB
X