Lalu, mengapa ia tak melapor ke polisi? Minimal mengadu pada keluarga. "Saya tidak tahu identitasnya. Takut juga, jadi dipendam sendiri," imbuhnya.
Anak kedua dari tiga bersaudara ini datang dari keluarga miskin. Kesulitan ekonomi menjadi alasan tak meneruskan pendidikan ke jenjang SMA.
Trauma dan kacau, mudah menebak alurnya, Rose terjerumus ke pergaulan yang liar. Sekalipun tak merokok, Rose akrab dengan alkohol.
"Saya lalu bekerja di sebuah warung jablay di Liang Anggang (Banjarbaru). Nekat saja," kenangnya.
Dari sana ia berkenalan dengan seorang muncikari. Rose diajak mangkal di seputaran Sudimampir. Sebagian penghasilan wajib disetorkan kepada si muncikari. Ditanya berapa, Rose mengelak dengan mengaku lupa.
"Sejujurnya berat, apa-apa harus melalui dia (muncikari). Tapi jadi aman, bila terjaring razia Satpol PP, dia yang mengurus semuanya," ujarnya.
Rose pernah digaruk operasi pekat (penyakit masyarakat). "Enggak bakal sampai bermalam di kantor polisi. Bos pasti datang menyerahkan KTP. Usia di KTP juga sudah dituakan. Pokoknya semua urusan dia, pasti beres," tegasnya.
Rose toh akhirnya tak tahan. Melepaskan diri dari induk semang, ia kini bekerja sendiri. Tapi mendapat perlindungan dari seorang pemuda yang lihai menjaga jarak selagi ia mangkal.
Berkali-kali ia menegaskan teman, bukan preman. "Buat jaga diri dan teman ngobrol saja. Tapi memang ada uang rokok saya kasih," jelasnya.
Agak aneh, karena Rose memilih berdiri di tepi jalan, tidak rebahan di hotel dan menggunakan aplikasi. "Karena bisa langsung bertemu, melihat siapa orangnya. Berbeda kalau pakai aplikasi, kita jadi buta," terangnya.
Sekali kencan, Rose mematok antara Rp400 ribu sampai Rp700 ribu (bisa ditawar). Maksimal, dalam semalam ia sanggup melayani lima pria. "Paling banter dapat dua," sebutnya enteng.
Biasanya, Rose mengajak tamunya ke sebuah penginapan di Jalan Hasanuddin HM. Menurutnya, tempatnya bersih dan lumayan murah.
Pernah sekali, ia batal melayani tamu. Rose gentar melihat kemaluan yang berukuran seperti botol air mineral. "Ketimbang jebol, mending saya kembalikan uangnya. Orangnya marah sih," tukasnya seraya tertawa.
Satu lagi yang membuatnya gentar: penyakit kelamin. Sulitnya, ada saja yang berani membayar lebih asalkan boleh tak memakai kondom. Mau tak mau, Rose harus mengeluarkan Rp1 juta perbulan untuk perawatan khusus di Rumah Sakit Ansari Saleh. "Mahal memang," akunya.
Tentu saja, Rose tetap seorang manusia. Bisa letih, bosan, dan dirundung sesal. Kalau sudah begitu, ia memilih dugem ke diskotek. "Dibawa enjoy saja," tukasnya.