MARTAPURA - Hari pertama Haul ke -15 Guru Sekumpul layak disebut peringatan puncak haul. Sejauh mata memandang, hanya ada jejerang saf menjulur mulai Sekumpul depan sampai pertigaan Sekumpul Ujung. Seluruh lorong - lorong kecil di Kecamatan Sekumpul sampai Jalan Pendidikan dipenuhi jemaah yang menghamparkan sajadah.
Pemandangan serupa ada Jalan Tanjung Rema dan Guntung Alaban. Jalan Irigasi dan Pintu Air depan Lapas Perempuan Martapura. Sekumpul Raya, Indrasari arah Bincau dan Gunung Ringgeng juga padat. Alun Alun Raza Martapura yang jaraknya sekitar 2.5 km dipadati jemaah. Belum termasuk halaman perkantoran dan ruko sepanjang Jalan A Yani Martapura.
Tanda - tanda haul di kubah akan diikuti jutaan jemaah sudah terasa sejak pagi. Seluruh akses masuk Sekumpul ditutup bagi kendaraan roda dua dan empat. Semakin sore, lautan jemaah terus bertambah. Sampai sampai pintu gerbang masuk ke Dalam Regol Kompleks Ar Raudah Sekumpul ditutup karena daya tampung melebihi kapasitas. Jemaah yang mendapat izin ke Kompleks Ar Raudah dilarang keluar masuk.
Peringatan haul hari pertama dimulai dengan Salat Magrib berjemaah yang dipimpin oleh Guru Sa’duddin Salman. Dilanjutkan pembacaan surah Yasin, Almulk, Ratib Al Atas dan diakhir doa bersama. Setelah Salat Isya haul dimulai di kubah Ar Raudah Sekumpul. Dua Putra Guru Sekumpul, Muhammad Amin Badali dan Ahmad Hafi Badali duduk paling depan. Langsung menghadap makam ayah mereka.
Sekadar diketahui, di Kompleks Makam Kubah Ar Raudah ini dimakamkan tiga sosok alim berdampingan yaitu Guru Seman Mulya, Guru Sekumpul dan Guru Salman Jalil.
Hafi Badali diapit oleh Habib Thohir Al Kaff Pekalongan, Habib Muhammad bin Abdul Qodir Al Habsy Sewun Hadramaut Yaman, buyut dari Sahibul Maulid Sintodurar Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi. Sedangkan Amin Badali didampingi dua cucu Abu Bakar Al Athos Mekkah yaitu Habib Ahmad Al athos dan Habib Abdullah Al Habsyi. Haul sendiri berakhir sekitar pukul 22.00 Wita.
Banyaknya jemaah yang datang ingin menghadiri Haul ke-15 Guru Sekumpul membuat sejumlah jalan di Martapura mengalami kemacetan, kemarin.
Kemacetan sendiri terjadi dari arah Hulu Sungai menuju Banjarmasin. Sedangkan ruas jalan di arah sebaliknya masih terlihat lengang. Kondisi tersebut membuat para relawan bekerja keras mengurai kemacetan dengan cara membuka tutup jalur.
Saking padatnya lalu lintas, petugas juga sampai harus menutup Jalan Sekumpul dari kendaraan. Sehingga, jemaah yang ingin menghadiri haul di Musala Ar Araudah harus berjalan kaki dari depan Jalan Sekumpul yang berjarak sekitar 1 kilometer lebih.
Meski harus berjalan jauh tak menyurutkan semangat para jemaah untuk mencari lokasi terdekat dari titik haul. M Barjad misalnya, jemaah dari Daha Selatan, HSS ini rela berjalan dari Jalan A Yani Km 38 hingga ke dekat Musala Ar Raudah. "Banyak yang jalan kaki juga. Jadi tidak terasa jauhnya," ujarnya.
Dia mengaku takjub dengan haul kali ini, pasalnya pada tahun lalu pada H-1 kendaraan masih bisa masuk ke Sekumpul. Sementara tahun ini sudah tidak bisa, lantaran padatnya jemaah. "Luar biasa, tahun ini jemaahnya kemungkinan dua kali lebih banyak dari tahun lalu," bebernya.
Barjad sendiri rutin mengikuti haul setiap tahunnya, hal itu dilakukannya demi mendapatkan berkah dari Guru Sekumpul. "Walaupun ada kesibukan selalu saya upayakan untuk hadir," paparnya.
Selain Barjad, jemaah yang juga jalan kaki dari luar Jalan Sekumpul ialah Zainuddin. Jemaah dari Kelua, Tabalong ini mengaku senang meski harus berjalan berkilo-kilo meter. "Kita mending. Masih ada jemaah yang harus naik pesawat dan menempuh perjalanan puluhan jam untuk bisa menghadiri haul," bebernya.
Menurutnya, apa yang dilakukan jemaah semata-mata karena rasa cinta dan rindu kepada Guru Sekumpul. "Semoga kita semua mendapatkan berkah dari beliau," harapnya.