Dibandingkan 13 kabupaten/kota di Kalsel, Banjarmasin masih menjadi penyumbang terbanyak angka kasus terkonfirmasi positif virus Covid-19. Sebagian kelurahan di Kota Banjarmasin kini tidak lagi memerah. Tapi merah kehitaman. Pertanda pagebluk kian mengkhawatirkan.
-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin --
Bila berkaca dari Data Gugus Tugas P2 Covid-19 Kalsel pada Kamis (2/7) lalu, angka positif virus corona di Banjarmasin sebanyak 1.432 kasus. Dari total keseluruhan berjumlah 3.337 kasus di Kalsel.
Pemko Banjarmasin dengan bangga mengatakan bahwa jangan anti dengan angka yang cukup besar. Pemko justru menyebut angka tersebut adalah prestasi. Dalihnya, karena merupakan hasil dari upaya Pemko dalam melakukan pelacakan penemuan kasus baru.
Sayangnya, prestasi berupa temuan banyaknya angka kasus itu tidak dibarengi dengan prestasi lainnya. Sebagai contoh, Banjarmasin sudah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berjilid-jilid. Disusul kemudian dengan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Kecil (PSBK) di sejumlah kelurahan.
Kini, tepatnya sejak Juni lalu, Pemko bersama instansi lainnya juga menggalakkan kampung tangguh di beberapa kelurahan. Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina bahkan menargetkan kampung tangguh ada di 52 kelurahan, atau se Kota Banjarmasin.
Namun, alih-alih melandai atau penularan semakin berkurang, setiap harinya angka kasus terkonfirmasi positif corona justru bertambah. Alhasil, tak ada satu pun kini kelurahan yang statusnya zona hijau.
Bila dirinci lebih jauh, dari total 52 kelurahan di lima kecamatan yang ada di Banjarmasin, ada empat kelurahan yang angka kasus terkonfirmasi positif virus corona cukup tinggi. Di Kelurahan Pekapuran Raya, Pemurus Dalam, Teluk Dalam, dan Pemurus Baru. Angka kasus di masing-masing kelurahan itu berada di atas 50 kasus.
Dari empat kelurahan tersebut, dua kelurahan mendekati perubahan zona. Dari zona merah pekat menuju zona hitam. Di Kelurahan Pekapuran Raya dengan 76 kasus, dan Pemurus Dalam dengan 61 kasus.
Radar Banjarmasin mengunjungi salah satu kawasan yang dikhawatirkan menjadi kawasan zona hitam itu kemarin (7/3) siang. Di Pekapuran Raya. Dari hasil pantauan, di kawasan ini seolah tidak terjadi apa-apa.
Hilir mudik sejumlah warga, duduk nongkrong sembari bercengkrama di warung tanpa mengenakan masker, menjadi pemandangan biasa. "Kalau khawatir, ya tentu. Tapi mau bagaimana lagi. Kalau saya perhatikan, memang seperti ini tidak ada perubahan," ucap Mahdiani, warga Pekapuran Raya.
Mahdiani juga menuturkan, hendaknya pemerintah lebih menggalakkan sosialisasi terkait bahaya Covid-19 di kawasan yang menjadi tempat tinggalnya itu. Kalau perlu, dengan adanya penegasan. "Bila sudah malam, luar biasa nih keluyurannya. Malam Jumat atau malam Minggu sama saja ramainya," bebernya.
Juru Bicara Tim Gugus Tugas P2 Covid-19 Kota Banjarmasin, Machli Riyadi mengatakan bahwa pihaknya saat ini menyepakati skenario edukasi tanpa henti. Caranya, dengan berkoordinasi melalui tokoh-tokoh masyarakat guna memberikan pemahaman atau edukasi kepada masyarakat yang ada di lingkungannya masing-masing. "Sepekan lalu, tokoh masyarakat di tingkat kelurahan juga sudah dikumpulkan agar mereka juga bisa membantu mengedukasi masyarakatnya," bebernya.
Lantas, apakah ada pengaruhnya? Machli mengatakan bahwa pengaruhnya tidak bisa didapatkan dalam waktu yang singkat. Menurutnya, mengharapkan perubahan sikap atau perilaku masyarakat membutuhkan waktu yang cukup panjang.