Pemilihan Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) 2020 akan dihelat akhir tahun ini. Beberapa nama sudah menghiasi daftar kandidat yang bakal bertarung. Ada Sahbirin Noor berstatus petahana. Kemudian Denny Indrayana yang menemukan titik terang dukungan Partai Demokrat dan Gerindra. Tokoh lain juga muncul ke permukaan meramaikan dinamika politik Banua. Ada HM Rosehan NB dan Mardani H Maming yang namanya dimunculkan beberapa pengamat politik dan pemerintahan.
===========
Oleh: Arif Rahman Hakim, S.Sos, M.I.P.
Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP ULM
===========
Jelang pesta demokrasi itu, penting bagi kita semua untuk memahami bahwa sosok seperti apa yang pantas memimpin Banua. Pemahaman ini bukan hanya untuk masyarakat, tapi bagaimana partai politik bisa memiliki standar dalam menentukan kandidat yang mereka dukung. Tulisan ini dibuat sebagai salah satu referensi pemilih, partai politik dan para kandidat.
Zaman telah berkembang pesat. Globalisasi dan revolusi industri di tataran dunia memaksa kita untuk lebih bernilai. Kalau tidak diselaraskan dengan perkembangan dunia, kita tidak akan kuat dalam berdaya saing.
Kalsel harus lebih cepat melakukan perubahan, mengingat dinamisnya perkembangan dunia. Banua perlu memiliki pemimpin yang berkarakter KALSEL. Yakni, kreatif, aksi nyata, luwes, santun, empati dan luar biasa. Enam karakter tersebut penting dimiliki agar mampu memberikan perubahan signifikan dalam memajukan daerah.
Pertama kreatif. Ini bukan sekadar pemimpin yang kreatif. Tapi, pemimpin mengerti bagaimana menciptakan iklim positif “kreativitas” di pemerintahan dan masyarakat. Jangan hanya memaksa masyarakat untuk kreatif, sedangkan pemerintahan berjalan kaku.
Kalsel punya segudang modal kapital sosial dan budaya yang luar biasa. Kreativitas masyarakat, khususnya kalangan anak muda juga begitu tinggi. Namun, itu tidak akan berjalan maksimal jika selera kreativitas pemimpin masih rendah. Kepala daerah harus mampu mendorong aparatnya untuk memiliki kreativitas dalam tata kelola pemerintahan.
Karakter kedua adalah aksi nyata. Pemimpin Kalsel jangan terlalu banyak wacana, namun minim aksi nyata. Aksi nyata dimaksud adalah sebuah tindakan yang berdampak konkret terhadap pemberdayaan masyarakat dan pembangunan daerah.
Aksi nyata hanya bisa dilakukan oleh pemimpin yang punya komitmen dengan karakter kuat. Sosok seperti ini tidak terlalu banyak bicara, namun setiap kebijakan dan tindakannya selalu berbobot. Pemimpin ini selalu menghadirkan “positive impact” di pemerintahan dan masyarakat. Bukan sekadar meningkatkan popularitas dan elektabilitas saja.
Karakter ketiga adalah luwes. Pemimpin banua harus mempunyai sikap yang luwes dengan bawahan dan masyarakat. Tak cukup sampai situ, dia juga penting memiliki keluwesan dalam menghadapi masalah daerah.
Ibarat penari, dia akan luwes melakukan gerakan jika dilatih berulang-ulang. Nah, gubernur akan luwes menghadapi dinamika politik, masalah ekonomi dan lainnya jika bermental petarung. Dia harus berani menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan tenang dibalut kebijaksanaan.
Ada empat kemungkinan jika kita simulasikan pemimpin seperti penari. Pertama, penari cerdas dan berbakat dibimbing pelatih andal, hasilnya menjadi penari hebat. Kedua, penari cerdas dan berbakat dibimbing pelatih biasa, hasilnya kurang hebat. Ketiga, penari “bandel” dibimbing pelatih andal, hasilnya biasa. Keempat, penari “bandel” dibimbing pelatih biasa, hasilnya sangat biasa. Dari empat simulasi tadi, maka kita perlu pemimpin cerdas dan dibantu mentor yang andal.
Karakter keempat adalah santun. Makna dari santun ini bukan berarti dia tidak bisa bersikap keras. Terkadang, pemimpin perlu bersikap tegas dan keras, namun santun yang dimaksud adalah tetap mengedepankan etika sebagai kepala daerah.
Bukan hanya perilaku individu yang santun. Tapi bagaimana perilaku pemerintah yang santun kepada masyarakat. Misal membuat kebijakan berlandaskan kebutuhan dan kepentingan masyarakat, bukan atas dasar kebutuhan dan kepentingan pribadi atau kelompok.