ALAT pelindung diri sudah dikenal para tabib Eropa abad pertengahan. Dipakai kala pandemi wabah hitam (black death) melanda pada akhir tahun 1300-an.
=================
Oleh: Syarafuddin
Editor Rubrik Metropolis
=================
Penampakannya bisa ditonton di video klip Welcome To The Black Parade milik My Chemical Romance.
Memang menyeramkan. Dokter mengenakan topeng dengan paruh panjang, meniru patuk burung. Mantel panjang berwarna gelap berlapis lilin. Ditambah sarung tangan dan sepatu bot kulit.
Tangan tak pernah lepas dari tongkat kayu. Dipakai untuk memeriksa pasien tanpa sentuhan langsung. Bisa pula untuk memukul pasien yang ngeyel.
APD gotik ini juga menyematkan aksesori. Pada ikat pinggang tergantung seuntai bawang putih. Dikunyah untuk menangkal penyakit. Baunya ampuh untuk mengusir bau mayat.
Pada paruh topeng, diisi ramuan rahasia. Campuran kayu manis, opium dan madu.
Sementara di leher, dikalungkan bandul logam berisi mawar merah, biji jeruk dan kapur barus. Tujuannya untuk mencegah penularan infeksi.
Tiga abad kemudian, ilmuwan menemukan vaksin. Kalung berisi ramuan eksotis pun digantikan imunisasi.
Satu abad berselang, industri menemukan plastik. APD kemudian dibuat dari bahan plastik yang lebih ringan dan murah.
Begitulah cara sains dan teknologi mengubah hidup kita. Tapi beberapa orang senang berjalan mundur. Mungkin untuk bernostalgia.
Hingga Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo merilis kalung anti virus corona dari serbuk eukaliptus.
Sebagai promosi, dibagikan kepada para gubernur, wali kota dan bupati. Sebelum diproduksi massal untuk pasar. Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor dan Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina pun mengenakannya.
Sayang, para dokter, apoteker dan peneliti Indonesia agak malu-malu mengkritiknya. Mereka berkomentar dengan bahasa halus.