Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup. Termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia, serta makhluk hidup lainnya. Oleh karena seluruh isi alam diperuntukkan bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia, maka tumbuhan dan hewan yang dapat mendukung kedua hal tersebut harus tetap terjaga kedalam fungsinya sebagai pendukung kehidupan.
=========================
Oleh: Zulfa Asma Vikra SH, MH
Ketua Forum Konservasi Flora dan Fauna Kalsel
=========================
Karena lingkungan mempunyai hubungan yang sangat banyak dengan penghuni, banyak interaksi dan korelasinya. Maka perlu diteliti dengan cermat untuk memperoleh pengetahuan lengkap tentang kerumitan yang terdapat dalam lingkungan hidup, agar pengelolaan lingkungan hidup dapat dilaksanakan setepat mungkin.
Kerja-kerja ekologi merupakan hal yang berkelanjutan dalam seluruh bentuk agenda apapun. Ada banyak gerakan pantang plastik hari ini yang menjadi life style dalam keseharian. Seperti membawa totebag, sedotan stainless hingga membawa tumbler dan tempat makan kemana saja. Gerakan ini semakin menjamur menjadi mikroba ekologi dengan pergerakan kecil ini semakin banyak para generasi muda mulai disadarkan atas isu lingkungan, terutama soal sampah plastik. Bahkan ada banyak video yang menjelaskan tentang bagaimana sampah ada di gunung, di laut hingga daratan dan juga sudah menyebarnya komunitas-komunitas berbasis lingkungan mulai dari komunitas yang pergerakanya hanya sekadar 3R (Recyle,Reduce,Reuse).
Upaya untuk menjaga keselarasan, keharmonisan dan kesinambungan alam sungguh berbanding terbalik dengan realitas yang ada saat ini. Meskipun pada dasarnya alam sendiri sudah diakui memiliki nilai dan berharga, tetapi pada kenyataannya, alam dianggap sebagai objek kehidupan yang terus dieksploitasi oleh manusia melalui praktik pencemaran, perusakan dan berbagai tindakan buruk lainnya. Kondisi ini merupakan cerminan dari rendahnya kesadaran ekologis masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, pendidikan ekologis sangat dibutuhkan sebagai upaya dalam melakukan refleksi kritis atas kondisi tersebut. Dengan demikian pendidikan ekologis dapat menumbuhkan kesadaran yang berarti bagi literasi ekologis. (Kahn, dalam Okur & Berberoglu, 2015).
AHY dan Lingkungan Hidup
Berbicara lingkungan hidup atau ekologi, kita akan melihat perspektif yang universal. Yaitu cara pandangan kita bagaimana memaknai isu lingkungan ini bisa dikerjakan dan diselesaikan dari seluruh aspek kehidupan. Mulai dari masyrakat hingga negara sekalipun.
Hal ini menjadi kegelisahan bersama bagaimana lingkungan kita terhadap sampah. Jumlah timbunan sampah nasional pada 2020 mencapai 67,8 juta ton. Jika kita tidak melakukan kebijakan dan upaya-upaya luar biasa (extraordinary effort) atau hanya sebatas bussines as usual, maka diperkirakan pada tahun 2050 komposisi sampah kita akan lebih dari dua kali lipat.
Hingga bencana ekologis seperti banjir di berbagai tempat ketika musim hujan dan kekeringan yang melanda beberapa tempat di Indonesia. Seluruh bencana ekologis yang terjadi ini kalau dibiarkan saja akan berdampak pada puluhan tahun ke depan. Saya teringat postingan AHY di akun intagram beliau @agusyudhoyono. Kata AHY mengutip dari seorang filsuf, “bila kamu berpikir untuk satu tahun ke depan tanamlah sebiji benih, bila kamu berpikir untuk sepuluh tahun ke depan tanamlah sebatang pohon”. Sebuah kalimat sederhana, namun penuh akan makna, bagaimana manusia bisa bertahan atas gempuran kerusakan lingkungan yang terjadi.
AHY (Agus Yudhoyono) dalam beberapa kesempatan sangat menginspirasi, di samping beliau memberikan wawasan akademik di berbagai kampus di Indonesia, tidak lupa selalu menyempatkan untuk menanam pohon. Seperti dilakukan di beberapa kampus hingga di pinggir jalan, untuk membantu menghijaukan Indonesia dengan pohon. Bahkan, kata AHY, dalam kesempatanya penanaman pohon di Gempong Tibang, Kecamatan Pidie, generasi muda agar senantiasa menjaga kelestarian alam terutama hutan. Dengan menanam pohon dan memeliharanya, sama halnya berupaya menyelamatkan lingkungan hidup.
Sebuah upaya untuk mengajak seluruh elemen masyarakat hingga anak muda untuk senantiasa menjaga ekosistem dan melestarikan seluruh flora maupaun fauna yang ada di Indonesia untuk dipergunakan semestinanya, sehingga anak-cucu kita nanti bisa menikmati alam raya yang sungguh megah terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Sudah saatnya kita membuka mata, berbuat dari diri sendiri, dari hal yang kecil menjadi kebiasaan untuk menjaga alam, lingkungan disekitar kita. “If not now, when? If not you, who?”. Jangan tunggu sampai alam tak bisa lagi menjadi tempat nyaman untuk kita tinggali. #WorldEnvironmentDay”, kata Agus lewat akun Twitter.
Pemimpin Masa Depan Indonesia