BANJARMASIN - Pada menit-menit akhir, PDI Perjuangan menyatakan dukungan kepada pasangan petahana Ibnu Sina dan Arifin Noor.
Ketika pasangan calon wali kota dan wakil wali kota itu mendaftar kemarin (4/9), Ketua DPC PDIP Banjarmasin, Muhaimin ikut mendampingi.
Di halaman kantor KPU di Jalan Perdagangan, diserahkan surat dukungan partai berlogo banteng tersebut. Artinya, PDIP resmi bergabung dalam koalisi bersama PKB dan Partai Demokrat.
Mengapa lama sekali untuk menentukan sikap? Muhaimin menjawab, perlu perhitungan matang. Salah satunya menunggu hasil survei dari pengurus pusat.
Hasilnya, Ibnu-Arifin memiliki elektabilitas tertinggi ketimbang kandidat lainnya. Satu lagi, faktor sejarah.
Kader PDIP, Hermansyah memenangi Pilwali 2015 dan menjadi Wakil Wali Kota Banjarmasin sampai hari ini.
Bersama Ibnu yang merupakan kader PKS, pasangan ini menang telak dengan meraih suara terbanyak di lima kecamatan. PDIP ingin mengulang cerita tersebut.
"Kami melihat sejarah. Pernah berpasangan dengan Herman juga merupakan salah satu pertimbangan dalam kajian DPP PDIP," jelasnya.
Sayangnya, kali ini Herman hanya menjadi penonton. Tidak ikut dalam pertarungan Pilwali 2020. Setidaknya, meski secara tidak langsung, Herman turut membantu rekan seperjuangannya Ibnu.
Dukungan PDIP memperkokoh langkah Ibnu-Arifin pada 9 Desember nanti. Mengingat hasil Pileg 2019 kemarin, PDIP meraih lima kursi di DPRD.
Sementara PKB dan Demokrat juga sama-sama memiliki lima kursi. Total, koalisi petahana disokong 15 kursi.
Namun, kedatangan PDIP sebenarnya bukan kejutan besar. Jauh-jauh hari, Ibnu sudah mengisyaratkan sinyal tersebut. Hasil menjalin komunikasi dengan sejumlah tokoh partai.
Tak hanya dari partai parlemen, Ibnu juga disokong PSI. Partai yang tidak memiliki kursi. Mengapa demikian, ia memberikan jawaban diplomatis.
"PSI kan gencar menggaungkan suara kaum milenial. Bahkan mayoritas kadernya juga berusia milenial," jelas orang nomor satu di Balai Kota Banjarmasin tersebut.