BANJARBARU - Hingga 5 Desember mendatang, tim pemenangan dan Paslon di Pilwali Banjarbaru bakal dibuat kalang kabut. Dengan kurun waktu dua bulan tersisa, para kontestan harus meraup suara pemilih dalam masa kampanye.
Berbeda dengan pesta demokrasi sebelumnya. Kampanye tahun ini agak sulit. Pagebluk Covid-19 membuat kampanye tak lagi riuh. Konser musik dan ribuan massa dipastikan nihil. Ya, KPU melarang ada kerumunan.
Mendulang suara tanpa mengumpulkan massa jadi tantangan berat paslon dan tim. Mereka hanya diberi jatah melakukan pertemuan terbatas. Maksimal 50 orang. Itupun dengan protokol ketat dan harus mengantongi izin.
Sebagai alternatif, tiap-tiap paslon mengklaim serangan udara atau daring jadi pelengkap. Kampanye via media sosial kini digencarkan. Sebagai ikhtiar menutup kendala tak bertatap muka.
Aditya Mufti Ariffin misalnya, ia sebisa mungkin tak mengumpulkan massa di masa kampanye. Pede dengan citra milenial, ia meyakini media sosial bisa jadi senjata tersendiri.
"Kami meminimalkan pertemuan yang kira-kira bisa menimbulkan kerumunan orang. Jadi, kami lebih banyak menggunakan media-medua untuk sosialisasi kepada masyarakat," kata tandem Wartono ini.
Ia meyakini, media sosial yang bertumpu pada modernitas tengah digandrungi khalayak. Apalagi Banjarbaru termasuk Kota yang melek teknologi. "Kita mengerjakan di media yang sangat ini digandrungi orang banyak. Seperti Facebook dan Instagram," ucapnya.
Kendati demikian, Aditya tak menampik bahwa tetap ada kendalanya. Disadarinya, tidak semua warga memiliki atau melek terhadap medsos secara masif.
"Untuk kendala seperti itu, kita akan petakan daerah mana saja dan antisipasinya bakal ada sedikit silaturahmi kecil-kecilan. Tapi tetap, sangat terbatas dan tidak berkerumun," katanya.
Beralih Gusti Iskandar-Iwansyah, Iskandar juga mengaku berkomitmen tak akan mengumpulkan orang banyak. Sebagai gantinya, timnya lah yang menjangkau masyarakat. "Kita akan maksimalkan pergerakan tim-tim melakukan pertemuan di titik tertentu. Karena, kita juga ada tim dalam kontestasi ini. Tetapi pertemuan pun kita sesuaikan dengan aturan dan protokol, yakni terbatas," ujarnya.
Ia sendiri menyadari jika tatap muka memang sukar jadi tumpuan utama, maka media promosi seperti APK dan sosialisasi lewat berbagai macam jenis media juga bakal dimaksimalkan. "APK nanti akan kita sebar. Media-media promosi lainnya juga digunakan. Karena memang pandemi ini tidak ada kampanye akbar. Untuk strategi, itu rahasia kita," katanya.
Haji Martinus-Jaya (HMJ) menyatakan kesiapannya untuk memaksimalkan peran teknologi informasi. Hal ini disampaikan salah satu petinggi dari tim pemenangan, Emi Lasari.
Menurut Emi, di era sekarang dan juga adanya pandemi, maka media sosial dan media kreatif lainnya jadi strategi mereka. Mengingat, berharap kepada pertemuan tatap muka terbatas, masih terlalu berisiko. Rawan terjadi potensi penularan karena kasus masih terjadi.
"Kita berkomitmen, tidak ingin ada klaster baru dalam tahapan pilkada ini. Jadi yang sifatnya tatap muka akan lebih selektif. Kita akan memaksimalkan kampanye lewat daring atau menggunakan teknologi," jelasnya.