Satu nampan berisi 24 botol. Maka, bisa dibayangkan berapa botol yang mampu dijualnya dalam waktu beberapa menit.
Setiap kali ada aksi unjuk rasa, lelaki 44 tahun itu memang selalu turun berjualan. Baginya, unjuk rasa adalah rezeki nomplok.
"Lebih baik langsung menjajakan seperti ini, ketimbang menunggu mahasiswa atau polisi menghampiri," ungkapnya.
Kendati demikian, dibandingkan demonstrasi pertama dan kedua, kemarin, dagangannya agak sepi. "Kali ini saya bisa duduk-duduk beristirahat. Pada aksi unjuk rasa belumnya, saya kewalahan," bebernya seraya terkekeh.
Lantas bagaimana soal harga? Jinggo tak mematok harga mahal. Ia mengklaim, harganya masih ramah dengan kantong mahasiswa. "Rp5 ribu saja perbotol," sebutnya.
Apakah Jinggo tak khawatir jika demo berakhir ricuh? Dia mengaku tak takut. "Saya percaya, baik yang berdemo maupun yang mengamankan sama-sama orang baik," pujinya.
Tak hanya para penjual minuman yang laris manis, pedagang camilan juga. Salah satunya Inah.
Tapi Inah rupanya telah belajar. Camilannya kalah laku dengan minuman dingin Jinggo. Dia bertekad, jika ada aksi berikutnya, bakal berganti jualan. "Nanti, saya mau menjual minuman saja," janjinya. (war/fud/ema)