• Senin, 22 Desember 2025

Laporan Pameran Tunggal di Kampung Buku: Penyatuan Ekspresionis dan Tasawuf

Photo Author
- Senin, 26 Oktober 2020 | 15:02 WIB
MURSYID: Potret para guru tasawuf yang dilukis Hajriansyah. Lukisan karya perupa 41 tahun itu bisa dinikmati warga Banjarmasin di Kampung Buku sampai 8 November nanti. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
MURSYID: Potret para guru tasawuf yang dilukis Hajriansyah. Lukisan karya perupa 41 tahun itu bisa dinikmati warga Banjarmasin di Kampung Buku sampai 8 November nanti. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

Belasan talenan kayu menempel ke dinding. Tungku gerabah berjejer rapi di bawah. Kedua perabot itu tak luput dari sapuan kuas Hajriansyah. Perupa yang menggelar pameran tunggal bertema 'Suluk'.

-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin --

MEMASUKI area pameran tunggal di Kampung Buku, Jalan Sultan Adam, Banjarmasin Utara, dua benda itulah yang pertama kali menyambut mata pengunjung.

Kedua benda itu tak kalah mencolok dibandingkan dengan seluruh lukisan di situ. Yang umumnya menggunakan kanvas sebagai media lukis.

"Perupa kerap dihinggapi bosan. Muncul keinginan mencoba media lain untuk dilukis. Misalnya menyapukan kuas di tungku gerabah dan talenan kayu," ucap perupa kelahiran 10 Oktober 1979 itu.

Dalam berkarya, Hajriansyah mengusung gaya ekspresionis. Atau kecenderungan perupa untuk mengungkapkan efek-efek emosional dalam lukisan.

Pameran tunggal yang digelar sedari tanggal 24 Oktober sampai 8 November itu sarat dengan nuansa sufisme.

Bagaimana tidak, seluruh karya di situ merupakan hasil perenungan Hajriansyah selama 10 tahun ber-suluk.

Suluk adalah istilah khas tasawuf. Bagi penganut tarekat, suluk adalah jalan yang ditempuh untuk menuju kesempurnaan batin.

Artinya, ke-15 buah karya itu merupakan hasil perjalanan spiritual pribadinya. Melalui pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang makna keberadaan diri.

"Merekam kehidupan pribadi dengan orang-orang yang saya temui maupun alam sekitar. Tentang orang-orang terdekat, tentang Pegunungan Meratus. Termasuk makna dari huruf hijaiyah (Arab) yang ada di hampir seluruh lukisan. Huruf-huruf itu memiliki makna tersendiri," tutur Hajriansyah.

Bagi orang awam seni (apalagi awam tasawuf), demi menangkap makna lukisan-lukisan ini, tentu perlu berdiskusi langsung dengan perupa. Membaca karya Hajriansyah memang gampang-gampang susah. Atau lebih banyak susahnya.

Untungnya, pada setiap karya, disematkan kertas kecil berisi judul dan keterangan bahan cat yang digunakan.

Contoh di atas gerabak tungku yang ia lukisi, diberi judul 'Menuju Meratus'. Ini pernyataan sikap Hajriansyah yang menolak eksploitasi Pegunungan Meratus.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB
X