Merayakan Imlek di tengah pandemi, kelenteng tampak sepi. Tapi harapan berkah dari tahun kerbau logam tetap ada, bahkan menguat.
---
BANJARMASIN - Karena virus corona masih mengancam, dalam perayaan tahun baru Tionghoa ini, ibadah di kelenteng dibatasi sampai jam 10 malam saja.
Selebihnya, silakan beribadah di rumah masing-masing. Atraksi Barongsai yang rawan menyedot kerumunan juga ditiadakan.
Kebijakan itu ditempuh Kelenteng Soetji Nurani di Jalan Pierre Tendean, Banjarmasin Tengah.
Pengurus kelenteng, Tiyono Husin menjelaskan, warga Tionghoa yang beribadah di dalam kelenteng juga dibatasi. Hanya untuk 20 orang saja. Sisanya ngantre di luar.
"Tentu dengan menerapkan protokol. Contoh sederhana, wajib mengenakan masker," tegasnya.
Pantauan Radar Banjarmasin, Kamis (12/2) malam, suasana kelenteng tak semeriah tahun-tahun sebelumnya.
"Kebanyakan memang lebih memilih sembahyang di rumah. Karena masih pandemi," tambah Tiyono.
Serupa dengan Kelenteng Po An Kiong di Jalan Niaga, Banjarmasin Tengah. Atau yang akrab dengan sebutan Kelenteng Pasar.
"Iya, gara-gara pandemi, suasananya jadi berbeda sekali. Padahal, biasanya jam segini sudah pasti ramai. Bahkan, bisa sampai jam satu malam," ucap Jatmiko, warga Jalan Gatot Subroto.
Seusai sembahyang di kelenteng, lazimnya ia akan menggelar acara makan bersama. Tapi tak seramai dan sebebas dulu. Jatmiko berharap, tahun ini bisa lebih baik.
Menilik perhitungan kalender Tiongkok, tahun ini dipercaya sebagai tahun kerbau logam (adapula yang menyebut kerbau emas).
Kembali kepada Tiyono, dijelaskannya, kerbau adalah simbol pekerja keras. Sedangkan unsur logam mewakili segala sesuatu yang gemerlap, contoh perhiasan.