Perempatan jalan menjadi medan juang. Berlari mengejar rezeki atau bersembunyi dari patroli Satpol PP.
-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin --
KEMARIN (23/2) siang di perempatan Jalan Lambung Mangkurat, Banjarmasin Tengah, bocah-bocah mengayunkan kemoceng atau menawarkan buku gambar.
Sasarannya pesepeda motor dan pengemudi mobil yang berhenti menunggu lampu merah berganji hijau. Berharap ada pengendara yang dermawan.
Anak yang mengenakan kaus warna kuning ternyata masih pelajar. Namanya M Ikhsan, 11 tahun, siswa kelas VI SDN Murung Raya 5 di Banjarmasin Selatan.
Dengan nada bangga, Ikhsan mengaku sudah sembilan kali terjaring razia Satpol PP.
"Jera? Tidak. Kalau ada Satpol PP, gampang, tinggal lari atau sembunyi," ucapnya sembari terkekeh.
Dia mengaku turun ke jalan atas kemauan sendiri. Demi membantu perekonomian keluarga.
Beranjak dari rumahnya di Teluk Kubur pada jam tujuh atau jam sembilan pagi. Lalu pulang sore harinya. Rela dilakoninya setiap hari.
Maklum, sang ibu hanya berjualan es di rumah. Sementara ayah dan kakaknya menjadi juru parkir.
Mengapa tak belajar saja? Ikhsan tampaknya lebih memilih bekerja. "Hari ini saja sudah dapat Rp60 ribu," sebutnya.
Lantas, bagaimana nasibnya bila terjaring operasi polisi pamong praja? Jawabannya adalah pasrah. Karena uang hasil kerja kerasnya seharian bisa disita petugas.
"Kalau ditangkap, pulangnya jalan kaki," bebernya.
Sementara kawannya Sulaiman, tergolong beruntung. Sebab siswa kelas VIII di SMPN 7 Banjarmasin itu selalu lolos dari razia.