"Akhirnya, ada yang bertindak represif. Bukan hanya mahasiswa yang menjadi korban. Bahkan ada polisi yang kena pukul temannya sendiri," tutupnya.
Ketika malam tiba, seusai mimbar bebas, mahasiswa bersama-sam amenyalakan lilin.
Koordinator aksi, Fahrianor menyebut lilin itu simbol. Tanda berduka cita atas matinya nurani kepolisian yang menunjukkan sikap brutal terhadap pendemo.
Lilin juga sebagai tanda bahwa api gerakan di Kalsel masih menyala. Dan masih ada harapan perubahan bagi negeri yang dirundung banyak permasalahan.
Seperti hukum yang tumpul ke atas, resesi ekonomi, kriminalisasi aktivis, dan krisis integritas pemimpin. "Termasuk yang memainkan amanah jabatan untuk kepentingan pribadi dan golongan," kata Fahrianor.
Aksi itu merupakan pembelaan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang kian dilemahkan. Dimulai sejak revisi Undang-Undang KPK dan skandal tes wawasan kebangsaan (TWK) yang berujung pada pemberhentian 51 pegawai KPK.
Mahasiswa Banua kemudian menulis petisi, meminta Presiden Joko Widodo memecat pimpinan lembaga antirasuah tersebut, Firli Bahuri. Dalam dua kali aksi, mahasiswa meminta DPRD Kalsel bersikap lebih tegas. (war/fud/ema)