• Senin, 22 Desember 2025

Ujian Naik Tingkat Bak Film Laga, Tradisi Dalam Seni Bela Diri Kuntau Borneo

Photo Author
- Rabu, 22 September 2021 | 14:00 WIB
BASARAH PIDUDUK: Tradisi penyerahan seserahan dari murid baru kepada guru. Prosesi adat ini sudah langka di Banjarmasin. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
BASARAH PIDUDUK: Tradisi penyerahan seserahan dari murid baru kepada guru. Prosesi adat ini sudah langka di Banjarmasin. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

Membuktikan ketajaman belati, penguji menyayat selembar kertas putih. Mendadak pisau ditusukkan ke arah si murid. Tapi serangan itu ditangkis dengan sigap. Meskipun hanya dengan tangan kosong.

-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin

Tusukan tak hanya datang dengan cepat, tapi juga bertubi-tubi. Arahnya pun sulit ditebak. Mengincar kiri, kanan, depan, belakang, atas dan bawah tubuh calon korban.

Sembari melangkah untuk menghindar, terdengar, “Deb! Deb! Deb!” Bunyi teredam itu berasal dari dua lengan yang saling beradu.

Setelah 10 menit bertarung, terdengar tepuk tangan dari penonton. Penguji dan murid kemudian bersalaman. Ujian pun selesai.

Ini cuplikan dari ujian naik tingkat di perguruan Pukulan Patikaman. Prosesi digelar Sabtu (18/9) malam di aula Koramil Banjarmasin Selatan di Jalan KS Tubun.

Dalam seni bela diri tradisional silat kuntau Borneo, ujian dengan senjata tajam adalah hal lumrah.

“Buat melatih mental si murid. Dengan gerakan yang pas, juga ketenangan, maka serangan bisa ditahan,” ungkap penguji H Ady yang tak lain Ketua Gelanggang Pukulan Patikaman Banjarmasin.

Sebelum serangan belati, si murid sudah diuji tentang materi lain. Menyangkut ragam gerakan dasar dari kurikulum pelajaran Pukulan Patikaman.

Tak tanggung-tanggung, ada empat orang yang menguji. Masing-masing memiliki penilaian sendiri.

Si murid bisa dinyatakan naik tingkat apabila skornya berada di atas nilai minimal. “Ujian ini mengulang kembali pelajaran yang sebelumnya diterima si murid,” tambahnya.

Terpisah, penulis berbincang dengan murid yang sedang diuji. Namanya Yulian Syah.

Ia mengaku perlu waktu setahun untuk memantapkan diri sebelum meminta ujian naik tingkat. “Sebenarnya enam bulan sudah bisa. Tapi saya perlu waktu lebih untuk memantapkan hati,” tuturnya.

Ditanya apakah ia tak jeri melihat mata belati itu, ia hanya tersenyum. “Kalau sudah berusaha, tinggal berpasrah kepada-Nya,” jawabnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB
X