"Sistem budidaya yang dipakai semi intensif. Sudah ada yang melakukannya. Di Sarang Tiung sudah 15 kali panen," sebutnya.
"Jadi, kami rasa mesti ada perubahan di Desa Sungai Taib," tegasnya.
Salah seorang yang dilibatkan Polteknik Kotabaru dalam penelitian ini adalah Frans Tony, dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat (ULM).
"Dijelaskan beliau, tanaman mangrove memang masih banyak. Tapi untuk terumbu karang yang menjadi rumah ikan sudah lama menghilang. Artinya, ikan-ikan memang sudah jarang ada," kutip Rezky.
"Ada kemungkinan, lantaran kesalahan pola penangkapan terdahulu," tambahnya.
Dari kacamata media, Toto menyebut penelitian ini bisa menjadi rekomendasi terhadap pemda.
Langkah awal, pemda harus berkomunikasi dengan korporasi yang beroperasi di Kotabaru. Merangkul dan mengarahkan program CSR untuk lebih memberdayakan masyarakat.
"Kami belum melihat visi pemda. Ketika merancang program, pemda semestinya sinergis dengan perusahaan. Juga sinergis dengan tipologi masyarakat," jelasnya.
Tanpa visi karena bantuan diberikan secara langsung. "Tanpa mencari tahu apa yang sebetulnya dibutuhkan masyarakat," tutup Toto. (war/at/fud)