Republik sedang hamil tua. Sivitas akademika resah, kampus-kampus besar bergejolak. Setelah UGM, UII dan UI bersikap, kali ini ULM yang angkat bicara. Walaupun dengan nada yang lebih "soft".
****
BANJARMASIN - Petisi Buluksumur yang dicetuskan para guru besar Universitas Gajah Mada (UGM) menginspirasi Universitas Islam Indonesia (UII) dan Universitas Indonesia (UI) untuk bersikap.
Kampus tertua di Kalimantan Selatan, Universitas Lambung Mangkurat (ULM) menyusul. Namun, ULM memakai istilah "deklarasi". Bukan petisi, lebih tepatnya aspirasi. Sasaran kritik juga tidak disebut secara jelas. Berbeda dengan kampus luar yang dengan gamblang mengkritik Presiden Joko Widodo karena memihak dan tidak netral. Aspirasi itu dibacakan oleh Prof Hadin Muhjad. Didampingi para guru besar, dosen, dan mahasiswa pada Jumat (2/2) sore di kampus Jalan Hasan Basri, Banjarmasin Utara.
Baca Juga: Terbukti Langgar Sumpah Jabatan dan Kode Etik, Anggota DPD RI Asal Bali Arya Wedakarna Diberhentikan
Nama acaranya adalah Deklarasi Kebangkitan Kayu Tangi untuk Demokrasi yang Bermartabat.
Rencana semula, deklarasi dibacakan di open space (lapangan terbuka) ULM. Namun, karena cuaca mendung, bergeser ke depan gedung Rektorat.
ULM mengajak semua pihak yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pemilu agar memperhatikan dan melaksanakan empat poin ini.
Pertama, laksanakan pemilu sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku. Kedua, jangan memisahkan etika dari proses berdemokrasi. Karena etika adalah pedoman penting, bahkan lebih penting dari aturan yang tertulis.
Ketiga, wujudkan pemilu yang langsung, umum dan bebas. Pemilu yang rahasia, jujur dan adil (luber dan jurdil). Terakhir, pelihara persatuan sebelum dan sesudah pemilu. Indonesia harus tetap aman dan damai. "Yang disampaikan adalah sebuah kejujuran, tidak ada mengadu domba, atau menyerang.
Sifatnya keilmuan seperti yang kami berikan kepada mahasiswa di bangku kuliah," kata Ketua Senat ULM Banjarmasin, Prof Hadin Muhjad usai pembacaan deklarasi.
Sudah sewajarnya sivitas akademika memberikan masukan kepada pemerintah jika ada hal yang melenceng dari jalur. Dan mimbar bebas adalah tradisi kampus. Menurut Hadin, maraknya pernyataan sikap perguruan tinggi itu menandakan anak bangsa yang sedang resah dengan kondisi republik hari ini. "Kita hanya ingin pelaksanaan Pemilu 2024 berjalan luber dan jurdil,” harap Guru Besar Fakultas Hukum ini.
Ditekankannya, sendi-sendi bangsa ini berdiri di atas hukum dan demokrasi. Dan konstitusi dibuat untuk menjadi pondasinya.
"Maka ketika konstitusi mau dikoyak-koyak, tidak bisa dan tidak boleh dibiarkan. Harus disikapi," tegas Hadin. Setelah deklarasi, selanjutnya apa? Hadin mengaku sedang menunggu langkah kampus-kampus besar lainnya. "Kita akan ikut dengan kampus besar lainnya," jawabnya.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Radar Banjarmasin